Tulisan Guru (Tuti Sugilestari, S.Pd)

Guru Idola Lahirkan Generasi Bangsa yang Terus “Menyala”

Penulis: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke-: 1 (Oktober 2022)

Menurut filosofi Bahasa Jawa makna dari kata guru adalah “digugu dan ditiru". Maksudnya adalah setiap sikap dan tutur kata guru akan menjadi panutan bagi siswa-siswinya.

Oleh karena itu guru harus mampu menjadi sosok teladan yang akan selalu berusaha belajar dan mentransfer ilmu untuk siswa-siswinya agar menjadi pribadi yang baik dan berguna untuk masa depan mereka kelak.

Selain itu, guru juga harus bisa mengerti kebutuhan dan kemauan siswa. Hal ini dibutuhkan agar siswa merasa dekat terhadap guru yang memiliki karakteristik tertentu sehingga siswa akan merasa cocok dan nyaman belajar dengannya. Pada saat siswa merasa ada kecocokan dengan karakter ataupun kenyamanan dengan seorang guru maka akan memudahkan guru dalam membimbing siswanya. Siswa pun akan menjadikannya sebagai seorang guru idola. Guru idola akan di senangi dan disayangi oleh siswa-siswinya, dinantikan kehadirannya, selalu menyenangkan, tidak membosankan, dapat menginspirasi, serta inovatif.

Selama mengenyam proses pendidikan di bangku sekolah, sosok guru idola pernah saya temui dalam kehidupan saya. Beliau adalah seorang guru Bahasa Inggris pada saat saya masih SMP. Pelajaran Bahasa Inggris adalah pelajaran yang baru di pelajari pada tingkat SMP. Awalnya saya bingung bagaimana cara belajar Bahasa Inggris, karena dari cara pengucapan dan penulisannya saja berbeda belum lagi harus menghafalkan arti dari setiap kata-katanya. Namun, saya termasuk salah satu siswa yang beruntung karena telah dipertemukan dengan seorang guru Bahasa Inggris yang dapat menginsprasi dan pada akhirnya memotivasi saya untuk menjadi seorang guru.

Guru idola itu bernama Bapak Ajat. Pak Ajat adalah seorang guru yang ramah, humoris, namun tetap bisa tegas pada situasi yang dibutuhkan. Berbeda dengan guru-guru lainnya yang rata-rata killer. Ada satu prinsip yang selalu beliau katakan pada kami, “Belajar Bahasa Inggris itu Sersan saja serius tapi santai. Tidak usah terlalu tegang, namun harus tetap serius dalam mempelajarinya.” Begitu katanya. Di sela-sela mengajar beliau selalu membawa cerita-cerita lucu sehingga membuat suasana kelas tidak tegang. Pada saat mengajar jarang sekali saya melihat beliau duduk di kursi guru. Saat menerangkan beliau selalu berdiri dan berkeliling menghampiri setiap murid untuk membimbingnya. Beliau selalu berusaha dekat dengan siswa-siswinya agar mereka tidak merasa takut dan berani untuk bertanya jika ada yang kurang dimengerti. Beliau selalu memberi motivasi bahwa pelajaran Bahasa Inggris itu sebenarnya mudah dan menyenangkan. Jangan pernah takut untuk berlatih berbicara dalam Bahasa Inggris, salah tidak apa-apa justru dari kesalahan itu kita akan belajar memperbaikinya. Dari sanalah awal ketertarikan saya pada pelajaran Bahasa Inggris. Saya selalu semangat belajar bahkan saya selalu mendapatkan nilai hampir sempurna di setiap ulangan dan ujian.

Cara Pak Ajat mengajar pun sangat menarik, beliau selalu membawa media dalam setiap materi yang diajarkannya. Contohnya membawa radio tape untuk memutarkan lagu-lagu dalam Bahasa Inggris kemudian mengajarkannya kepada kami. Kamipun bernyanyi bersama dengan riang gembira. Beliau juga selalu membawa peralatan untuk bermain sambil belajar, seperti kartu kata, ular tangga, teka teki silang dan masih banyak lagi permainan lain yang sangat menyenangkan. Seluruh siswa sangat antusias pada saat pelajaran beliau, tidak pernah ada siswa yang mengantuk, ngobrol, atau asyik sendiri. Semua fokus mengikuti pelajaran. Kami tertawa bersama, bermain bersama, dan tentunya belajar bersama. Inilah konsep “Sersan” versi Pa Ajat, yang kemudian saya terapkan juga pada saat saya mengajar. Beliau benar benar menjadi sosok teladan yang selalu kami rindukan kehadirannya.

Selain mengajarkan pelajaran Bahasa Inggris dengan baik, Beliau juga selalu berusaha menanamkan pendidikan karakter pada siswa-siswinya. Nilai akademik bisa mudah didapat, tapi membentuk karakter seseorang itu tidaklah mudah butuh proses pembiasaan yang panjang dan lama. Kami tidak hanya dibekali ilmu pengetahuan tapi juga dididik untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan tangguh, mandiri, aktif, kreatif, inovatif serta peduli pada lingkungan sosial. Hal tersebut penting bagi kami untuk melanjutkan kehidupan di masa yang akan datang untuk menggapai cita-cita.

Sebenarnya semua guru yang pernah mendidik dan membimbing saya juga sangat berjasa, karena tanpa jasa dari mereka tidak mungkin bisa mengantarkan saya untuk menjadi seorang guru sekarang. Namun, alasan saya menceritakan sedikit kenangan tentang Pak Ajat dikarenakan sosok beliaulah yang menginspirasi saya untuk menjadi seorang guru. Beliau adalah cerminan bagi saya untuk menjadi seorang pendidik yang baik dan profesional.

Impian saya sekarang adalah ingin menjadi seorang guru yang diidolakan oleh siswa agar mereka bisa merasakan nikmat dan mencintai proses dalam belajar. Hal ini akan menumbuhkan rasa ingin tahu, membentuk karakter yang pantang menyerah, memiliki kepribadian tinggi, semangat nasionalisme, berjiwa saing, serta mampu memahami pengetahuan dan teknologi.

Oleh karena itu berupaya untuk menjadi seorang guru yang diidolakan oleh siswanya sangatlah penting. Seorang guru idola akan menjadi agen pelopor perubahan yang menjadi ujung tombak pelaksana program pendidikan yang dicanangkan pemerintah. Melalui tangan-tangan mereka akan lahir generasi-generasi cerdas yang akan terus menyalakan semangat juang untuk berkompetisi dalam persaingan global.



Penulis: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke-: 2 (November 2022)





Penulis: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke-: 3 (Januari 2023)






Penulis: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke-: 4 (Februari 2023)







Penulis: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke-: 5 (Maret 2023)







Posting Komentar

0 Komentar