Rahasia Kehidupan
Penulis: Natasya Maudi
Pembimbing: Wisnu Fauzi, S.Si
Bulan Ke-: 1 (Oktober 2022)
Tidak ada papan tulis di langit tempat Tuhan telah menuliskan tujuan Anda, misi hidup Anda. Tidak ada papan tulis di langit yang bertuliskan “Natasya Maudi. Wanita cantik yang hidup di awal abad ke-21, yang ...” Lalu ada bagian kosong di papan tulis itu. Dan untuk sungguh memahami apa yang sedang saya lakukan di sini, saya harus menemukan papan tulis itu dan apa yang ada di dalam benak Tuhan tentang saya. Namun papan tulis itu tidak ada.
Jadi tujuan Anda adalah apa yang Anda katakan sebagai tujuan Anda. Misi Anda adalah misi yang Anda berikan pada diri sendiri. Hidup Anda adalah hidup yang Anda ciptakan, tidak ada seorang pun yang berhak menghakiminya, sekarang ataupun selamanya.
Anda harus mengisi papan tulis kehidupan dengan apapun yang Anda
inginkan. Jika Anda telah mengisinya dengan sampah masa lalu, hapuslah
bersih-bersih. Hapus segala sesuatu dari masa lalu yang tidak menguntungkan Anda,
dan bersyukurlah bahwa masa lalu itu telah membawa Anda ke tempat Anda berada
saat ini, ke suatu awal baru. Anda mempunyai papan yang bersih, dan Anda dapat
memulai kembali ... Sekarang, di sini. Temukan kegembiraan Anda dan hiduplah !!
Penulis: Anggi Agustini
Pembimbing: Wisnu Fauzi, S.Si
Bulan Ke-: 1 (Oktober 2022)
Insecure boleh, asal jangan sampai hanya berbicara.
Insecure menurut saya hanyalah sebagai tolak ukur untuk kita maju, untuk kita lihat seberapa banyak kekurangan yang perlu kita benahi. Jika pun memang menjadi kekurangan, setidaknya jangan paksa untuk bisa mengubah.
Kita manusia, tidak mungkin sempurna.
Kekurangan dan kelebihan sudah menjadi hal pasti. Tidak perlu menjadi seorang individu yang harus perfeksionis. Hal tersebut hanya akan membawa kita pada kekecewaan.
Tetapi tetap perlu untuk selalu berusaha.
Jangan hanya stuck pada kekurangan, tapi lihat lebih
banyak kelebihan.
Kelebihan inilah yang perlu kita prioritaskan.
Jadikan kekurangan sebagai motivasi untuk bisa menjadi lebih baik setidaknya jika tidak bisa, jadikan sebagai pembelajaran bahwa kita sebagai manusia sudah sepatutnya bersyukur atas apa yang kita miliki.
And anyways, menurut saya seseorang yang bisa
menghargai dirinya, seseorang yang mampu bersyukur atas dirinya, seseorang yang
tahu cara mencintai dirinya, dia pasti tidak akan menjadikan kata insecure sebagai
bahan pembicaraan kepada dirinya sendiri.
Mengunjungi Kebun Binatang
Penulis: Silvia Maharani
Pembimbing: Wisnu Fauzi, S.Si
Bulan Ke-: 1 (Oktober 2022)
Suatu hari hiduplah seorang ayah dan ibu yang sudah memiliki anak yang bernama Cinta.
Anak tersebut pun lahir pada tanggal 2 November 2010.
Suatu hari ayah dan ibunya merencanakan mengajak anaknya pergi liburan ke kebun binatang agar anaknya gembira.
Akhirnya hari yang ditunggu pun mendatang, mereka pun
mengajak anaknya.
“Anak ayo siapan bajumu” kata Ibu
“Kita memang mau kemana Bu?” jawab anak
“Ayah dan Ibu mau mengajakmu liburan anak” (Ibu)
Jawab anak “Liburan kemana Bu?”
“Ke kebun binatang” jawab Ibu
“Iyakah Bu, yeeeah .. Akhirnya liburan yang aku tunggu” (anak)
Iya nak. (Ibu)
Kita mau berangkat jam berapa bu? (anak)
Jam 1 agar pas sama kedatangan kereta, soalnya ibu sudah
duluan memesan tiket. (Ibu)
Oke Bu .... Cinta siap-siap dulu ya Bu. (anak)
Iya anak hati-hati jangan ada yang sampai ketinggalan ya.
(Ibu)
Iya Bu siap (anak)
Dan 5 jam kemudian mereka pun sampai. Ayah dan ibunya sedang
memesan tiket masuk seharga 15.000/ orang untuk anaknya. Setelah selesai
memesan tiket mereka pun masuk.
Sangat seru di dalamnya banyak berbagai macam hewan berbeda satu sama lain. Di sana ada monyet, buaya, rusa, gajah, jerapah, burung dan berbagai macam hewan yang lain.
Dan mereka juga mengambil foto keluarga agar bisa dipajang
dan dijadikan kenangan saat Cinta sudah
besar.
Kamu
Penulis: Keysa Novian
Pembimbing: Wisnu Fauzi, S.Si
Bulan Ke-: 1 (Oktober 2022)
Terlalu tabu, bagai kabut di pagi hari yang sejuk tapi
pertanda siang akan panas membakar kulit. Kamu seperti setetes air pelepas
dahaga ketika aku melihat kamu. Tapi kamu kejam mencekik jiwa ketika aku menyadari
bahwa yang bisa kulakukan hanya mengingatmu di saat rindu dan langit melihat.
Aku tidak mengerti, benar-benar tak mengerti, aku selalu ingin melihatmu walau hanya dengan mencuri pandangan memastikan keadaanmu. Tapi aku terlalu takut melihatmu dari dekat, aku takut kau mengetahuinya.
Aku wanita yang dibalut gengsi. Prinsip bahwa wanita berhak menunggu membuatku semakin bersembunyi balik rasa suka ini. Aku munafik, munafik karena terlalu gengsi mengakui bahwa aku mencintaimu.
Ya, aku mencintaimu sejak saat aku melihatmu beberapa kali, tetapi aku sadar seorang sepertiku tak pantas untukmu karena aku hanyalah seorang tukang protes, pembuat onar, dan pembangkang ulung.
“Hey kau, tahukah kau sudah lama menyiksaku?”
Menyiksaku dengan kau tidak tahu aku menyukaimu.
“Katakan pada cinta bahwa aku mulai membenci cinta.
Dan katakan pada benci bahwa aku mulai mencintai kebencian.”
Berat Banget Jadi Dewasa
Penulis: Riyanti
Pembimbing: Wisnu Fauzi, S.Si
Bulan Ke-: 1 (Oktober 2022)
Semakin dewasa semakin sering ngerasa kalau kita ga punya
siapa-siapa! Iya, mereka ada semuanya juga masih di sini, bedanya ada beberapa
hal yang cuman dipendam sendiri, dan jujur itu sakit. Menurut aku jadi dewasa
itu belajar buat lebih tangguh dan kuat buat menjalani hidup.
Tapi lama-lama penasaran orang bisa disebut dewasa karena
apa ya? Karena usianya, karena pemikirannya, atau karena dia bisa begitu kuat bertahan
sampai hari ini?
Dulu pernah mikir dewasa itu kaya bagaimana?
Apakah aku sudah cukup dewasa, apakah aku masih
kekanak-kanakan. Aku tersadar bahwa dewasa itu kita, dewasa itu ketika dihantam
hidup sampai babak belur tapi belum mau menyerah. Ketika ga ada pilihan lain
selain berjalan dan melanjutkannya. Tapi aku tidak bisa memungkiri bahwa jadi
dewasa berat banget ya, banyak yang pergi.
Banyak yang berubah tapi semuanya cuman bisa dipendam
sendiri. Sedih tapi mau bagaimana lagi, pada akhirnya aku cuman bisa bilang “gapapa”.
Dan dewasa itu adalah ketika harus bertengkar dengan pikiran sendiri di setiap
malam. Selalu mempertengkarkan ini salah apa benar ya, mengenai hal-hal yang
sudah ga bisa diperbaiki.
Penulis: Keysa Novian
Pembimbing: Wisnu Fauzi, S.Si
Bulan ke: 2 (November 2022)
Bunda
Bunda
Kau selalu menemaniku
Di saat aku terpuruk
Di saat aku membutuhkanmu
Di saat aku jatuh
Kau menolongku dengan kasih sayang
Kaulah pelindungku
Bunda
Kau selalu ada di sampingku
Walaupun aku sering membuatmu sedih
Kau tetap menyayangiku
Bagiku
Kau yang terbaik
Semoga Allah membalas jasa dan kasih sayangmu
Penulis: Anggi Agustini
Pembimbing: Wisnu Fauzi, S.Si
Bulan ke: 2 (November 2022)
Broken home menurut istilah adalah orang tua yang berpisah tetapi menurut saya bukan tentang perpisahan saja. Disayangi dan dihargai hanya dua kata tersebut yang saya inginkan tetapi mengapa di saat itu aku sedang berada di titik lemahku kalian tidak ada di sampingku. Yang aku butuhkan sekarang adalah ucapan penyemangat dari kalian bukan amarah kalian.
“PERUBAHAN”, Aku sangat membenci kata tersebut, kata yang
membuat sikap semua orang yang dulu menyayangiku berubah.
“Sehabis gelap munculah terang”, hingga kini aku masih menunggu cahaya tersebut. Ketahuilah bahwa orang yang pura-pura bahagia akan lelah dengan apa yang mereka lakukan.
Definisi bahagia itu memang simpel. Hanya bersama
orang-orang yang kamu sayangi maka kamu akan merasa bahagia. Tapi masalahnya,
mencari sumber kebahagiaan itu nggak gampang.
Menurut orang-orang rumah adalah tempat ternyaman, tapi tidak bagi sebagian orang yang tidak merasa aman, nyaman, dan tenteram di rumah itu.
Penulis: Natasya Maudy Aurel
Pembimbing: Wisnu Fauzi, S.Si
Bulan ke: 2 (November 2022)
Di udara kehidupan, keajaiban saling mencari menemukan
pasangan kita
Ialah kebaikan dan keburukan
Seseorang tidak ada yang bisa kuasa bahkan pada dirinya
sendiri
Pada indera kelima atau keenam, masih tak percaya pertemuan
Masih saja engkau ingkari
Pada mereka yang mengerti semuanya kau di atas langit
Memang bukan milik kita
Betapa malu rasanya bila kesombongan masih bercokol
Seperti juga di bumi kita bertebaran, seperti sudah diatur
Seperti itulah ya, seperti itu
Penulis: Riyanti
Pembimbing: Wisnu Fauzi, S.Si
Bulan ke: 2 (November 2022)
Kupu-kupu
Kupu-kupu lucu terbang rendah
Memamerkan sayapnya yang cantik
Biru kuning dan putih
Menawan hati setiap insan
Kupu-kupu terbang tinggi
Kepakan tak kenal lelah sekali
Ia hinggap tinggal di atas bunga wangi
Kupu-kupu terbang rendah
Menebarkan pesonannya yang indah
Menghibur hatiku yang sedang rindu
Sekolah dan juga teman-temanku
Mas Bulan
Penulis: Anggi Agustini
Pembimbing: Wisnu Fauzi, S.Si
Jarak
Pembimbing: Wisnu Fauzi, S.Si

Penulis: Natasya Maudi Aurellia
Pembimbing: Wisnu Fauzi, S.Si

"Ayah"
Pembimbing: Wisnu Fauzi, S.Si
Seperti Bunga dan Lebah
Pembimbing: Wisnu Fauzi, S.Si
Bermalas-malasan
Pembimbing: Wisnu Fauzi, S.Si
Beda di Depan dengan di Belakang
Pembimbing: Wisnu Fauzi, S.Si
Kerinduan akan Sahabatku
Pembimbing: Wisnu Fauzi, S.Si
Waktu
Detak detik berputar tanda terhenti
Merangkai kisah dan menghiasi
Berjalan laksana seperti air mengalir
Saksi bisu kehidupan yang terukir
Ialah secercah harapan yang tiada kembali
Kesempatan yang tak dapat dibeli
Membuat kita terlelap dalam buaian
Membuat kita lengah akan kesempatan
Ialah waktu
Waktu yang memburu
Memburu kita yang menari
Di atas punggung bumi
Setiap waktu yang berlalu tidak akan terulang
Setiap kenangan yang terlewati tidak akan kembali
Tangis sedih hanyalah penyesalan di belakang
Ketika tersadar akan kesia-siaan yang berarti
Sahabat Sejatiku
Saat ini aku berada di kelas 8 SMP, setiap hari kujalani bersama dengan ketiga sahabatku yaitu Maudi, Zul, dan Ana. Kita berempat sudah bersahabat sejak kecil.
Suatu saat kami menulis surat perjanjian persahabatan di sobekan kertas yang dimasukkan ke dalam sebuah botol, kemudian botol tersebut dikubur di bawah pohon yang nantinya surat tersebut akan kami buka saat kami menerima hasil ujian kelulusan.
Hari yang kami berempat tunggu akhirnya tiba, kami pun menerima hasil ujian dan hasilnya kita berempat lulus semua.
Kami serentak langsung pergi berlari ke bawah pohon yang pernah kami datangi dan menggali tepat di mana botol yang dahulu dikubur berada.
Kemudian, kami berempat membuka botol tersebut dan membaca tulisan yang dulu pernah kami tulis. Kertas tersebut bertuliskan “Kami berjanji akan selalu bersama untuk selamanya.”
Keesokan hari, Maudi berencana untuk merayakan kelulusan kami berempat. Malamnya kami berempat pergi bersama ke suatu tempat dan di situlah saat-saat yang tidak bisa aku lupakan karena Maudi berencana untuk menyatakan perasaannya kepadaku. Akhirnya aku dan anis berpacaran.
Begitu juga dengan Zul, dia pun berpacaran dengan Ana. Malam itu sungguh malam yang istimewa untuk kami berempat. Kami pun bergegas untuk pulang.
Ketika perjalanan pulang, entah mengapa perasaanku tidak enak.
“Perasaanku ngga enak banget ya?” Ucapku penuh cemas.
“Udahlah Nov, santai aja, kita ngga bakalan kenapa-kenapa” jawab Zul dengan santai.
Tidak lama setelah itu, hal yang dikhawatirkan Novi terjadi.
“Maudi awasss! di depan ada juang!” Teriak Novi.
“Aaaaaaaaaa!!!”
Bruuukkk. Mobil yang kami kendarai masuk ke dalam jurang. Aku tak kuasa menahan air mata yang terus mengalir sampai aku tidak sadarkan diri.
Perlahan aku buka mataku sedikit demi sedikit dan aku melihat ibu berada di sampingku.
“Novi.. kamu sudah sadar, Nak?” Tanya ibuku.
“Ibu.. aku di mana? Di mana Ana, Zul, dan Maudi?” tanyaku.
“Kamu di rumah sakit Nak, kamu yang sabar ya, Zul dan Maudi tidak tertolong di lokasi kecelakaan” Jawab ibu sambil menitikkan air mata.
Aku terdiam mendengar ucapan ibu dan air mataku menetes, tangisku tiada henti mendengar pernyataan ibu..
“Maudi, mengapa kamu tinggalkan aku, padahal aku sayang banget ke kamu, aku cinta kamu, tapi kamu ninggalin aku begitu cepat, semua pergi ninggalin aku.” batinku berkata.
Lantas, 2 hari berlalu dan aku berkunjung ke makam mereka, aku berharap kami bisa menghabiskan waktu bersama sampai tua. Tetapi sekarang semua itu hanya angan-angan. Aku berjanji akan selalu mengenang kalian.
Harapan Putri
Saat pagi hari seorang gadis yang bernama Putri sudah bangun dari tidurnya dan mulai membantu ibunya beres-beres rumah. Putri merupakan anak perempuan cantik kesayangan orang tuanya yang memiliki sejuta mimpi di dinding kamar miliknya.
Purti gadis periang yang hidup di keluarga yang bisa dikatakan kaya raya. Meskipun terlahir dari keluarga yang kaya raya, tidak membuat Putri menjadi anak yang sombong. Di sekolah dia juga merupakan siswa yang berprestasi, tidak heran dia menjadi kesayangan guru dan teman-temannya.
Sejak ia kecil, Putri selalu menuliskan cita-citanya di dinding kamarnya. Mulai dari dia duduk di bangku SD hingga kini SMA, dia selalu menuliskan apa cita-citanya. Banyaknya cita-cita yang Putri tulis, membuat dinding kamarnya hampir penuh dengan kertas tempelan yang berisi cita-citanya.
Setelah membantu ibunya, Putri siap-siap berangkat ke sekolah. Sepanjang perjalanan Putri hanya duduk dan diam merenung. Sesampainya di sekolah, Putri pun lebih banyak diam seperti sedang memikirkan sesuatu.
Saat sudah pulang sekolah, ia bergegas masuk ke kamarnya dan memandangi dinding kamarnya dengan seksama. Ia mulai membaca satu persatu cita-cita yang ia tuliskan dari kecil. Ia terus memandangi dan merenung.
"Putri, ada apa?" Tiba-tiba ibu masuk ke dalam kamar Putri. Ibu memandangi wajah anaknya yang terlihat sedih. "Bu sekarang dara sudah SMA, tapi sampai sekarang Putri tidak tahu cita-cita Putri apa" ucap Putri pada Ibu.
"Sayang, Putri kan baru saja masuk SMA, cita-cita akan datang seiring berjalannya waktu. Saat ini Putri fokus saja belajar dan lakukan apa yang Putri sukai. Dengan begitu, Putri akan tau apa cita-cita Putri" Ucap Ibu
Mendengar ucapan Ibu, membuat Putri lebih fokus belajar dan melakukan banyak hal yang dia sukai. Di sekolah dia rajin bertanya ke guru-guru dan selalu mengikuti lomba yang diadakan oleh sekolah. Dia juga aktif mengikuti berbagai macam kegiatan di sekolah seperti kepramukaan, OSIS dan bela diri.
Di sekolah Putri terus mengembangkan bakatnya, hingga suatu hari ia menyadari apa cita-cita yang diinginkan. Putri ingin menjadi seseorang yang berguna bagi bangsa dan negara. Ia memutuskan ingin menjadi TNI dan mengabdi pada negeri.
Namaku adalah Sari. Setiap hari aku bangun pagi dan melakukan aktivitas seperti biasa. Mulai dari membersihkan tempat tidur, bersih-bersih dan belajar sedikit untuk pelajaran hari ini.
Akan tetapi, akhir-akhir ini aku sulit belajar karena kakakku Amar yang tiap pagi bangun siang dan tidak melakukan apa pun.
Suatu hari, kak Amar bangun saat aku sedang menyapu rumah.
Masih dengan mengucek mata, ia melewati debu dan kotoran yang sudah aku kumpulkan dari hasil menyapu dan membawanya di kakinya ke area rumah yang sudah kusapu. Tanpa ucapan maaf.
Akhirnya aku merasa kesal dengan Kak Amar dan memarahinya. Ibu kemudian datang dan menanyakan apa yang terjadi.
Aku menceritakan permasalahan dan ibu merasa aku sedikit berlebihan. Akhirnya sapu kutinggal dan aku menyendiri di kamar.
Ayah kemudian datang menghampiriku dan bertanya mengenai apa yang terjadi. Aku ceritakan semua kekesalanku yang akhirnya memuncak pagi ini.
Akhirnya ayah tahu apa yang membuatku merasa tidak adil. Ia memanggil kak Amar yang sedang minum air putih dan memintaku duduk di kursi.
Ayah kemudian memulai menyelesaikan masalah kami, menanyakan mengapa kak Amar baru bangun. Kak Amar meletakkan gelas minumnya dan menceritakan.
Ternyata, Kak Dian sedang membuat sebuah proyek bersama dengan rekannya.
Aku akhirnya mengerti mengapa Kak Amar bangun siang. Akan tetapi ayah tetap memberikan hukuman pada kak Amar .
Kak Amar harus belajar bahwa tanggung jawab rumah tetap harus dilaksanakan dan ia harus bisa mengatur waktu dengan lebih baik.
Akhirnya Kak Amar meminta maaf padaku dan berjanji akan mengatur waktu dengan lebih baik.
BELAJAR BERTANGGUNG JAWAB

Kelasku yang Bersih
Setiap hari Jumat, sekolahku selalu mengadakan bersih-bersih sekolah. Abdul merupakan ketua kelas VIII-D mulai mengajak teman sekelasnya untuk bersih-bersih.
Abdul adalah anak laki-laki tampan dan rajin. Dalam akademik dia cukup pintar, namun dia sangat jago dalam hal olahraga. Dia hobi bermain sepak bola. Tidak hanya itu, di kelas Abdul terkenal sosok yang suka bersih-bersih.
Hari Jumat menjadi rutinitas wajib Abdul untuk mengajak temannya untuk bersih-bersih. Namun Jumat kali ini Abdul terlihat sedikit agak berbeda, dia sedikit tegas kepada teman-temannya yang tidak ingin ikut bersih-bersih.
"Hari ini guru akan masuk ke ruang kelas. Jika guru melihat ada ruang kelas yang tidak bersih, maka jam pulang akan ditunda. Kalau kalian ingin cepat pulang, ikut bantu bersih-bersih jangan ada yang hanya duduk saja" Ucap Abdul
Semua temannya mengikuti apa kata Abdul karena ingin cepat pulang. Setelah selesai bersih-bersih tiba saatnya guru datang untuk melihat masing-masing kelas. Saat tidak di ruang kelas VIII-D, guru cukup takjub karena ruang kelasnya sangat bersih.
Sebagai apresiasi karena telah membuat ruang kelas menjadi bersih, Ibu guru mengizinkan anak VIII-D pulang. Semua anak-anak berteriak senang, dan mereka bergegas pulang.
0 Komentar