Judul: Si Kecil yang Selalu Hidup Sendiri
Penulis: Marlina Shintia
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke: 1 (Oktober 2022)
Di salah satu kota yang berada di daerah Bandung terdapat seorang anak perempuan, dia adalah anak yang manis, dia memiliki kulit sawo matang, badannya tidak terlalu tinggi, dan dia bernama Shintia Queenza orang-orang biasa memanggilnya Tia.
Sewaktu kecil Tia selalu dititipkan kepada bibi dari ayahnya, karena ayah dan ibunya pergi bekerja. Tia mulai dititipkan kepada bibinya saat ia berumur 8 bulan, Waktu terus berlalu sampai Tia beranjak menuju umur 5 tahun. Setau Tia orang tuanya itu ialah bibi dan pamannya, namun setelah berumur 6 tahun, Tia mengetahui bahwa orang tuanya itu bukanlah bibi dan pamannya.
Pada suatu hari saat Tia berumur 6 tahun, ada seorang wanita cantik yang datang mengetuk pintu rumah bibi dan pamannya, “Tok...tok...tok” pada saat itu di rumahnya hanya ada Tia seorang, karena bibinya sedang pergi ke warung, dan pamannya sedang pergi bekerja. Tia merasa kebingungan karna kata bibi jika ada seseorang yang tidak dikenal mengetuk pintu jangan dulu dibuka pintunya, Tia hanya bisa mengintip di jendela dan terus memandangi wanita cantik tersebut yang berada di depan pintu, ia sangat penasaran siapakah wanita itu.
Beberapa saat kemudian bibinya pun datang dan langsung berbincang dengan wanita tersebut, Tia yang awalnya hanya mengintip di jendela ia langsung bergegas menghampiri bibinya, dan mengumpat di belakang badan bibinya, ia bertanya kepada bibinya dengan suara yang sangat pelan “Mah, wanita itu siapa?” tanya Tia dengan penasaran, bibinya pun hanya tersenyum tipis dan berkata “Nak, wanita ini sebenarnya adalah ibumu” Tia tercengang kebingungan saat bibinya mengatakan bahwa wanita tersebut adalah ibunya “Jika wanita itu adalah ibuku, lalu mamah adalah siapa?” tanya Tia kepada bibinya, bibinya pun menjawab dan menjelaskan kepada Tia bahwa ibunya yang sebenarnya adalah wanita cantik itu dan menjelaskan bahwa bibinya bukanlah ibunya.
Setelah itu Tia pun menyadari dan memahami apa yang dibicarakan oleh bibinya, Tia pun sekarang mengetahui nama ibunya yang asli adalah, Mariam
Tia dan ibunya pun saling mendekatkan diri, dan berbincang di ruang tamu, lalu ibunya bertanya “Nak, maukah kamu tinggal bersama ibu dan ayahmu sekarang?” tanya ibunya dengan penuh harapan “Mau Bu, apakah kita akan tinggal bersama ayah? Apakah aku bisa bertemu dengan ayahku?” Jawab Tia dengan sedikit pertanyaan, “Iya nak, kita akan tinggal bersama ayahmu, dan kamu akan bertemu ayahmu” Ibunya pun menjawab pertanyaan Tia dengan rasa senang sekaligus terharu karna ibunya bisa kembali tinggal bersama anak kandung nya kembali.
Pada saat itu Tia, ibu, dan ayahnya tinggal bersama di sebuah rumah peninggalan nenek nya, yang tidak jauh dengan rumah bibinya.
Tia membiasakan diri dengan tempat tinggal baru nya, Tia pun mulai sekolah yang lokasi nya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Tia duduk di bangku SD kelas satu, dia mempunyai satu teman laki-laki yang bernama Nova, Nova adalah teman Tia yang pertama kali Tia kenal, dia adalah anak laki-laki yang baik, ibunya sudah meninggalkannya saat dia berumur 2 tahun, dia tinggal bersama nenek dan kakeknya, rumahnya tidak terlalu jauh dengan rumah Tia.
Pada suatu hari saat pertama kalinya Tia masuk sekolah, dia hanya sendiri tidak mempunyai teman satu pun, kebetulan anak-anak lain bersama orang tuanya, namun apa boleh buat orang tua Tia sedang pergi bekerja, jadi terpaksa mau tidak mau Tia harus berangkat sendiri. Beberapa lama kemudian ada seorang anak laki-laki yang menghampirinya dengan berkata “Hai Tia...apakah aku bisa berteman denganmu? Mengapa kamu hanya sendirian disini? Dimana orang tuamu?” Tia pun menjawab dengan rasa canggung “Hai, sebelumnya kamu siapa ya? Mengapa tiba-tiba menyapaku?
Aku sendiri di sini karna aku tidak mempunyai teman, jika kamu mau berteman denganku ayo saja, orang tuaku sedang pergi bekerja, jadi aku pergi ke sekolah hanya sendiri” Tia sangat canggung, sementara anak laki-laki itu terkekeh karena melihat sikap Tia yang sangat canggung seakan akan tidak mengenalnya, wajar saja karena Tia memang tidak mengenal laki-laki itu, tapi setelah dipikir-pikir Tia mengingat pesan ibunya sewaktu malam, ibunya berpesan bahwa esok hari akan ada anak laki-laki yang menyapanya untuk menjadi teman baiknya dan ibunya mengatakan bahwa anak laki-laki itu bernama Nova. Tia akhirnya mengingatnya, dengan suara lantang Tia berkata kepada anak laki-laki itu “Oh...aku tau bukankah kamu Nova?” lalu Nova menjawab “Huhfttt akhirnya kau tau namaku tanpa aku memberi taunya dulu” Tia terkekeh saat Nova berkata seperti itu, lalu pada akhirnya mereka selalu bersama berdua.
Satu minggu telah berlalu untuk Tia beradaptasi dengan lingkungan barunya, kembali lagi pada hari senin dimana Tia dan teman laki-laki nya yang bernama Nova harus menjalankan tugasnya sebagai pelajar untuk pergi ke sekolah, mereka bertemu di sekolah dan belajar bersama-sama, tak terasa bel pulang pun berbunyi, mereka pun akhirnya harus kembali lagi ke rumah nya masing-masing dan berjumpa lagi esok hari, Tia berjalan kaki untuk keluar dari gerbang sekolahnya namun tiba-tiba ada yang memanggilnya dari belakang dengan suara yang sangat lantang “Tiaaaaaaa...tunggu akuu sebentarr” Tia kaget ketika mendengar suara itu, tanpa basa-basi dia langsung membalikan tubuhnya untuk mencari dimana suara itu berada, setelah dia menemukan keberadaan suara itu ternyata yang memanggilnya itu ialah si bocah laki-laki yang sangat teramat jail, dan sering kali mengganggunya, ya dia adalah Nova. “Ada apa lagi si?aku kan mau pulang” jawab Tia dengan rasa kesal “Aku mau pulang bareng kamu ya?soalnya aku tidak ada yang menjemput” jawab Nova dengan rasa tidak bersalah karena sudah membuat Tia kesal “Iya sudah jika kamu mau pulang bareng aku tinggal bilang saja daritadi lagi pula aku sering pulang sendiri kok, lain kali jangan berteriak seperti tadi ya karena rasanya sedikit menganggu telingaku” jawab Tia “Heheheh untuk itu aku minta maaf ya, janji deh aku gabakal kaya gitu lagi”. Mereka pun pulang bersama, lalu karena mereka masih memiliki uang jajan, mereka berinisiatif untuk menaiki becak saja, akhirnya mereka pulang dengan selamat menggunakan becak, dengan rasa senang mereka kembali ke rumahnya masing-masing.
Tia kembali kerumahnya, sudah biasa jika dia kembali kerumah tidak ada siapa-siapa, karena orang tuanya setiap hari bekerja, dia merasa lapar lalu dia pergi ke dapur untuk mencari makanan yang bisa dia makan, dan di lemari es terdapat satu buah roti, dan dia pun memakannya, dia merasa sangat lelah karena mungkin di sekolah terlalu banyak aktivitas yang sangat menguras tenaga, dia pun merebahkan tubuhnya di kasur dan beberapa menit kemudian dia langsung terlelap. Pada sore hari dia terbangun, jam menunjukan pukul 15:00 dimana itu adalah waktunya ia untuk pergi mengaji, ia langsung bergegas ke kamar mandi dan membersihkan diri, setelah itu ia berganti pakaian terlebih dahulu, ia langsung mengambil tas nya, dan pergi mengaji di masjid yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Pukul 16:30 ia pulang mengaji, dan ia kembali pulang kerumahnya, seperti biasa saat ia kembali kerumah hanya ada keheningan di dalam rumah, karna memang tidak ada siapa-siapa dirumahnya.
Waktu terus berlalu sampai malam pun tiba, orang tuanya pun baru pulang bekerja, ibunya membawa sebuah makanan untuk makan malam, namun karna ibu dan ayahnya sudah makan diluar, jadi hanya Tia yang harus makan sendirian. Tia pun memakan makanan itu sendiri, setelah makan ia langsung siap-siap untuk tidur karna jam menunjukkan pukul 20:00 dimana itu adalah waktu ia harus tidur dan beristirahat.
Hari terus berlalu untuk Tia yang setiap harinya hanya dipenuhi dengan kesendirian, pada saat pembagian raport kenaikan kelas, Tia berangkat ke sekolah sendiri, pada saat di sekolah, dia kebingungan mengapa anak-anak yang lain diantar oleh orang tuanya, lalu Nova menghampiri Tia dan berkata “Tia, dimana orang tuamu?bukannya hari ini adalah pembagian raport kenaikan kelas?dan harus diambil oleh orang tuanya kan?lalu mengapa kamu hanya datang sendiri ke sekolah?” Tia sangat kaget saat Nova berkata seperti itu, karna dia lupa bahwa hari ini adalah hari pembagian raport kenaikan kelas, dan harusnya orang tuanya datang, namun apa boleh buat orang tuanya mungkin sudah pergi bekerja, mau tidak mau Tia harus mengambil raport nya sendiri, “Oh iya Nova aku lupa bahwa hari ini adalah pembagian raport kenaikan kelas, jadi aku tidak memberi tau orang tuaku, tidak apa-apa aku bisa mengambilnya sendiri kok, terimakasih Nova sudah mengingatkanku” jawab Tia.
Tia pun pulang dengan rasa kecewa karna dia harus mengambil raportnya sendiri, namun dia tidak memperdulikannya, karna yang penting dia bisa mendapatkan raportnya, dia pun mengerti orang tuanya sibuk bekerja karna itupun untuk dia, dan untuk memenuhi kebutuhan yang dia dan keluarganya perlukan.
Judul: "THE MYSTERIOUS CLASS"
Penulis: Putri Regina
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke: 1 (Oktober 2022)
Hari Senin, 25 setempat 2013, hari pertama Jun dan David bertemu dengan Travis. Anak laki-laki yang sedang duduk sendirian menatap papan tulis di depannya. Hari itu adalah hari yang membuat pertemuan mereka menjadi seperti keluarga. Beberapa hari kemudian, Jun, David, dan Travis mulai mengenal beberapa teman sekelasnya, kebetulan mereka memang satu asrama. Edi, Rom, Lico, Uyo, Dami, Ciko, Mama, Yadi, Uba, adalah teman sekelas Jun, David, dan Travis. Mereka bersekolah di SMA Niagara dan duduk di kelas 12-D.
Romi adalah ketua kelas 12-D yang sangat pintar. Ia sangat rajin belajar. Romi adalah ketua kelas yang sangat tampan, wajahnya putih, hidungnya mancung, matanya sangat amat berbinar. Romi sangat aktif di kelasnya, sehingga teman-teman nya sangat takjub padanya. Romi selalu menjadi yang terbaik dikelasnya. Tetapi, Ia juga bersaing dengan Edi. Edi adalah anak yang pintar dan selalu mendapatkan peringkat pertama di kelasnya. Edi adalah anak yang sangat dingin dikelas. Akan tetapi Romi tidak menyerah.
Setiap hari, Romi selalu menghabiskan waktu bersenang-senang dan bercanda-tawa dengan teman-temannya. Romi sangat dekat sekali dengan Travis. Travis lebih dekat dengan Romi daripada teman-teman yang lainnya. Bahkan, mereka hampir selalu menghabiskan waktu bersama setiap hari.
Di suatu hari, Romi dan teman-temannya dikejutkan oleh pemandangan di depan mata mereka. Mereka melihat Guru mereka tergeletak di lantai dekat tangga yang sedang mereka turuni. Kemudian, mereka menelpon ambulance. Keesokan harinya, Romi mendapatkan sebuah panggilan telepon dari Gurunya. Romi mendapatkan amanat untuk menjaga kelas hingga beberapa hari kedepan. Pada malam hari, 12 anak laki-laki itu tidak pulang ke asrama, melainkan mereka bermain disekolah. Dengan suasana malam yang gelap dan bercahaya kan bulan, juga ditambah dengan tiupan angin yang sedikit membuat suasana menyeramkan. Mereka melakukan permainan yang biasanya memang dilakukan untuk mencari hantu. Namun, permainan itu memang hanya permainan anak-anak saja.
"Tak...Tuk...Tak...Tuk...Tak...Tuk…", suara detik jam dinding mengiringi suasana malam itu. Ketika Uyo dan Dami sedang membaca mantra sambil memandangi pensil yang sedang digunakan dalam permainan itu. "Sssttt…", tiba-tiba pensil itu bergerak dan membuat sebuah garis di atas kertas. Mereka tahu, jika pensil itu bergerak, maka tandanya hantu tersebut ada di lokasi itu. "Aaaaaaaaaaaaaa…..", mereka berteriak sambil berlari. Mereka meninggalkan ruangan itu, lalu kembali ke asrama masing-masing.
Pagi hari, mereka menceritakan kejadian semalam di dalam kelas. Di pagi hari yang diguyur oleh butiran-butiran air dan tiupan angin, mereka berkumpul. "Sepertinya di sekolah ini memang ada hantu", kata Uyo memulai percakapan. "Betulll tuh, betulll…", jawab David, Dami, Yedi. "Kamu sih tidak memberitahu ku bahwa itu menyeramkan", gerutu Yedi pada Ciko dan Lico.
"Sudah aku bilang, Yedi pasti akan mengomel..", Ledek Jun sambil tertawa. "Ishhh…", ucap Yedi kesal. "Sudahlah…, tidak usah dipermasalahkan lagi, kita semua merasakan seramnya kok",ucap Lico untuk melerai. Jam makan siang pun tiba. Mereka semua pergi ke kantin untuk memakan makan siangnya. Sambil makan, mereka saling bertukar cerita sambil tertawa. Pada saat mereka ingin mengembalikan tempat makannya, ternyata ada satu piring makan yang tidak disentuh sama sekali.
"Selalu seperti ini, tidak pernah dimakan bahkan tidak pernah disentuh", rasa sedih dan juga heran terucap dari bibir pegawai kantin. Romi yang berada di tempat itu menatap lama makanan itu dan memang merasa ada sedikit kejanggalan. Pada pukul 14:00 KST, David bertugas mengambil susu kotak milik kelas 12-D di koperasi. David sangat hafal dengan jumlah anak di kelas 12-D, yaitu 21 siswa.
"Ternyata kamu yang selama ini mengambil susu kotak lebih dari jumlah siswa kelas mu?!", Ucap seorang Guru membawa tongkat kayu. David terkejut, Ia tidak mengerti dengan apa yang barusan Guru itu katakan. "Ma...maksud Bapak apa?", tanya David heran. "Jumlah siswa kelas 12-D adalah 20 siswa, tapi kenapa kau mengambil 21 susu kotak?", tanya Guru itu. "Benarkah?..., Baiklah akan ku simpan lagi satu", ucap David tanpa berpikir lama. Guru itu pun pergi. Lalu, Travis datang menghampiri David. "Apakah ada masalah?", tanya Travis kepada David. "Ahh?...tidak...tidak ada apa-apa kok", ucap David sambil membawa susu kotak ke kelas. Travis mengikuti David pergi.
Sebelum membagikan susu kotak, mereka ditantang bermain sepak bola dengan kelas sebelah. Mereka menyanggupi tantangan itu. Namun, dari mereka yang berdua belas, hanya satu yang tidak bisa ikut bermain. Edi terlihat pergi sendirian. "Yaa…, Edi kamu mau kemana??", tanya Jun seraya berteriak. "Kalian sudah pas ber-sebelas, aku tidak dibutuhkan lagi", ucap Yedi sambil berbalik badan dan pergi. Edi memang anak yang paling dingin di kelas, tetapi hatinya lembut. Dia juga pintar.
"Haha…,kalian memang hebat dalam sepak bola. Tapi kalian curang, kalian hanya bermain 10 orang", ujar Doni pada Romi dan Uba. "Hahaha…, bisa saja. Tapi…., Kami bermain dengan 11 orang", ujar Uba pada Doni. "Benarkah...aku melihat kalian hanya 10 orang". "Sudahlah Don…,tidak usah ngotot, lagipula kita tetap kalah kan", ujar Dian pada Doni. Kemudian mereka kembali ke kelas masing-masing.
"Susu kotak ku mana?, apakah kalian melihatnya?...", tanya Mama sambil kebingungan mencari susu kotak nya. "David, apakah kau keliru mengambil susu kotaknya?", tanya Jun pada David. "Be... betulll…
Tapi tadi kata Guru, kelas kita hanya memiliki 20 siswa, maka dari itu aku hanya mengambil 20 susu kotak", ucap David menjelaskan sambil sedikit merasa bingung. "20 siswa? Kelas kita memiliki 21 siswa David", jelas Uyo. "Tapi, tadi ketika kita bermain bola, Doni bilang kelas kita hanya bermain 10 orang", ucap Uba menambahkan. "Benarkah? Semua nya ikut bermain kecuali Edi. Bahkan Ciko yang dingin sekalipun ikut bermain. Artinya pas dong kita ber-sebelas, karena hanya Edi yang tidak ikut bermain", jelas Uba. David segera mengecek data absen kelas 12-D. Ternyata benar, hanya ada 20 siswa. Artinya yang satu siswa adalah…….
Mereka menanyakan pada satu kelas, siapakah hantu itu?!. "Artinya, hantu itu hanya bisa dilihat oleh kelas kita", kata David sambil memikirkan siapakah hantu itu. Pada malam hari, Travis, Dami, Mama dan Uyo berkumpul. "Dukk…", suara Uyo melemparkan satu kotak es krim kacang merah. "Untuk apa es krim kacang merah ini?!", tanya Dami heran. "Es krim kacang merah ini untuk si hantu. Aku pernah mendengar bahwa hantu itu takut kacang merah, makanya aku membawa satu kotak es krim kacang merah ini". "Ouhhhhhhh... baiklah…", ucap Dami.
"Bolehkah aku memakannya??", tanya Travis pada Uyo. "Makanlah…", kata Uyo. Travis memakan es krim kacang merah itu dengan lahap. Lalu membuang kotaknya. "Aku tidur duluan ya teman-teman, sudah malam…", kata Mama pada teman-teman nya. "Baiklah…", jawab mereka. "Aku juga tidur duluan ya…", kata Travis pada teman-temannya. "Baiklah, silahkan…", jawab mereka.
Keesokan harinya, mereka mendiskusikan bagaimana caranya agar bisa mengetahui siapakah hantu di kelas mereka. "Apakah kalian ada ide untuk menemukan hantunya??", tanya Uyo pada teman-temannya. "Aku juga sedang memikirkannya", jawab Jun. "Ahaa💡, bagaimana kalau kita buat seperti rumah hantu saja?, tapi kita laksanakan nya di sekolah, terus.., yang menjadi hantunya kota, bagai?", David memberikan pendapat. "Nahhh….boleh juga tuh,..", seru Dami dan yang lainnya. "Juga kita bisa sambil bersenang-senang sambil mempersiapkan semuanya", seru Uba sambil tersenyum.
Setalah kelas selesai, semua berkumpul menyiapkan acara yang akan mereka lakukan pada malam harinya. Semua ikut berpartisipasi dalam acara itu. Acara itu juga atas izin pihak sekolah. 12 anak laki-laki itu menjadi peran dalam acara tersebut. Kecuali Romi uang menjaga antrian.
Acara malam itu berjalan lancar. Namun, ketika semua peran berkumpul, tiba-tiba mereka merasakan ada sebuah kejanggalan. Salah satu contohnya adanya cap tangan di kaca jendela lantai tiga sekolah. Dan cap tangan itu berada di luar area lantai tiga. Artinya tidak mungkin ada orang yang memanjat gedung sekolah itu dan menempelkan cap tangannya.
"Tak..tak...tak...tak..tak..tak..tak..", tiba-tiba cap tangan itu semakin bertambah. "Aaaaaaaaaaaaaa…..", mereka berteriak dan berlari mencari jalan keluarnya. Saat mereka berlari, "Dukkk…", tiba-tiba Yedi terjatuh dan pingsan. Yang berada di tempat itu hanyalah Travis, dan Travis adalah saksi mata yang melihat Yedi terjatuh. Yedi dilarikan ke rumah sakit dan dirawat untuk beberapa hari.
Keesokan harinya, mereka kembali mendiskusikan kenapa Yedi bisa terjatuh. Ditengah itu, Lico menyalakan musik pengusir hantu. Dari kejauhan, Edu mengawal mereka. Edu melihat Travis seperti sedang kesakitan mendengar lagu itu, lalu Edi mengambil sumber suara dan mematikannya. "Yaaa…., Kenapa kamu matikan?!", Sambar Jun dan Lico. "Sudahlah, percuma saja kalian menyalakan musik ini", tegas Edi.
"Aku pergi tidur duluan ya…, Aku sedikit lelah", ujar Travis. Ketika melihat Travis pergi, ada sesuatu yang yakin Edi benar tentang itu. Beberapa hari telah berlalu, dan hari itu pun tiba. Hari dimana misteri si hantu terbongkar. Guru kelas 12-D menatap lekat wajah si hantu. Si hantu di bentak dan di usir oleh gurunya. Si hantu tidak bisa melawan dan hanya bisa menunduk kan kepalanya. Semua orang tidak mengira dia hantunya, karna…. Dia sangatlah baik dan ramah. Sebagian besar kecewa, tapi sebagian juga merasa sedih dan kasihan.
Edi sudah mengetahui hal ini, hanya saja Edi belum tahu jelas kebenarannya. Hantu itu adalah "TRAVIS". Dia adalah siswa kelas 12-D yang meninggal 10 tahun lalu karena sakit. Travis tidak pernah merasakan serunya sekolah, karena Dia hanya bisa berbaring dan menghembuskan nafas di ranjang rumah sakit. Travis hanya rindu dengan sekolah yang belum Ia rasakan.
Beberapa hari berlalu. Travis sama sekali tidak menunjukkan dirinya. Selama kurang lebih dua Minggu, Travis tidak diketahui keberadaannya. Romi yang sangat dekat dengan Travis merasa kecewa. Ia membenci Travis. Walaupun kenangan kebersamaan Romi dengan Travis begitu indah, tapi semua sudah tertutupi oleh rasa kecewa dan marah.
Di sekolah, Romi mengumumkan bahwa dia akan melakukan pengusiran setan. "Aku akan melakukan pengusiran setan", tegas Romi. "Travis bukan roh jahat", jawab Lico. "Apa itu penting?", tanya Romi dengan tatapan tajam. "Apa kamu benar-benar harus melakukan itu?", tanya Edi. "Apa?, Jangan bilang kamu tidak setuju?!" "Kalau iya?" "Kalau begitu, kamu jangan ikut campur!", jelas Romi pada Edi. "Kalian semua setuju kan?", tanya Romi. Satu kelas tidak ada yang menjawab.
Pulang sekolah, Jun dan David menjenguk Yedi di rumah sakit. "Besok kami akan melakukan pemungutan suara, apakah Travis akan di usir atau akan diterima", jelas David. "Lalu, apakah yang membuatmu terluka adalah Travis?", tanya Jun. Yedi menggeleng. "Syukurlah", ucap Jun. Malam itu, Travis mengunjungi Yedi dirumah sakit. Tapi Yedi tidak mau melihat Travis.
Akhirnya Travis kembali pergi Akhirnya waktu pemungutan suara pun tiba. 9 orang setuju mengusir Travis, dan 9 orang tidak setuju mengusir Travis. Dan Ciki tidak mengangkat tangan. Dia hanya mengatakan "aku netral". "Haa… Jumlahnya sama, apa yang harus kita lakukan?", tanya Uyo kebingungan. "Kenapa kalian menentang nya?" "Travis tidak berbuat jahat kepada kita!" "Apa maksudmu? Kalau bukan gara-gara Travis kita tidak…." "Yedi….!", Jun memanggil Yedi dan perdebatan David dengan Romi pun terhenti. Yedi masuk lalu menuliskan bahwa dia tidak menyetujui pengusiran Travis. Berkat Yedi, jumlah yang tidak menyetujui pengusiran Travis lebih banyak daripada yang setuju mengusir Travis.
Malam itu pun tiba. Malam dimana Travis akan benar-benar diusir atau dipertahankan. Guru mereka membawa Nenek yang bisa menghilangkan Travis. Mereka dilarang melihat, tapi mereka nekat melihatnya. Nenek itu adalah nenek Lico. Nenek menyalakan lilin dan membaca mantra. Ketika nenek ingin memecahkan tempat disimpannya debu arwah Travis, tiba-tiba "Jangan!!" "Yedi…..", Yedi masuk kedalam ruangan. . "Travis…, Bukan roh jahat" "Heii Yedi, kamu sudah gila?, Jangan ikut campur!" "Travis…, Adalah teman kami", David lalu mengambil tempat yang dipegang Nenek. "Kalian tidak boleh mengusir nya seperti ini!" "Saya tidak peduli kalau Bapak menghukum saya. Karena Travis, lebih penting dari peringkat pertama saya", jelas Edi. "Kalian semua sudah gila, ya. Huh?! Sadarlah anak-anak! Dia hanya akan menyakiti kalian, paham?!" "Tidak. Sebenarnya kebalikannya" "Betul sekali, Travis sudah menjaga kami" "Karena itu, sekarang saatnya kami yang melindunginya". Travis kembali menampakkan diri.
"Travis, Maaf…", Romi menyesal. Suasana sunyi dan sangat hening. Semua terlihat tegang tapi juga bingung. Nenek pun berusaha mengambil tempat yang dipegang David tapi berusaha dihentikan oleh Lico. "Hentikan. Jangan lakukan itu, Nek!", Cegah Lico. Travis berjalan laku memeluk teman-temannya. "Pak guru, kami mohon. Kami ingin bersama dengan Travis" "Setidaknya sampai kami lulus. Saya mohon", pinta Jun dan Romi pada gurunya.
Akhirnya Travis diizinkan untuk sekolah bersama teman-temannya. Mereka melalui hari-harinya dengan penuh tawa. Travis menjadi teman sekaligus guru belajar untuk mereka. Waktu yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Waktu bagi mereka untuk lulus. Mereka berfoto bersama untuk terakhir kalinya. Akhirnya, Travjs berhasil menyelesaikan penyesalan selama hidupnya dan pergi ke Surga. Dia meninggalkan hadiah berupa kenangan masa sekolah yang tak terlupakan, Untuk Semuanya…..
TAMAT….
Judul: Kaka Terhebat untuk Adek Tersayang
Penulis: Alaina Arif
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke: 1 (Oktober 2022)
Pada suatu hari hiduplah 1 keluarga yang harmonis, ada Piyan Kakanya, putri Adeknya, dan Ayahnya bernama regar Ibunya bernama Lika.
Tepatnya pada hari Senin tanggal 28-08-2018 jam 20.00 terjadi kebakaran hebat di rumah mereka, saat putri dan kedua orang tuanya bergegas menyelamatkan diri dan minta pertolongan piyan yang tertinggal di kamar paling atas dan terdengar suara “uhuk, uhuk, uhuk, tolong aku ayah ibu siapapun disana”, hingga akhirnya kedua orang tuanya masuk kedalam rumah tersebut dan menyelamatkan piyan. Namun saat mereka masuk ada suatu lemari yang terbakar habis dan menimpa kedua orang tuanya , untung saja api sudah mulai padam sehingga orang orang bergegas masuk kedalam rumah itu untuk menolong piyan dan ayah ibunya, ketika para tetangganya mengecet denyut nadinya alhamdulillah masih ada, namun saat sampainya di rumah sakit nyawa kedua orang tua mereka tidak bisa di selamatkan.
Tiba di mana hari pemakaman orang tua mereka, putri menangis tak henti, dan menyalahkan piyan bahwa piyan yang telah membuat kedua orang tuanya meninggal. Terlihat dari suasana hari itu yang penuh dengan tangisan di rumah duka tiba tiba putri berkata kepada piyan “ ini semua gara gara lo, lo udah bunuh orang tua gua” dan piyan terkejut ketika putri berkata seperti itu, namun piyan tetap sabar dan tabah mengahadapi kondisi saat itu. Setelah orang orang bubar dari rumah piyan, piyan menggetuk pintu kamar putri karna ingin berbicara dengan putri.
Pembicaraan piyan dan putri:
Piyan: Dek, yang sabar ya, disini masih ada kaka yang selalu ada buat kamu, jangan kamu merasa kesepian ya.
Putri: Hah? Lu bilang gua harus sabar? Lu yang udah bunuh orang tua gua!!!
Piyan: Kok kamu berbicara seperti ini??
Putri: Gua ngomong kaya gini fakta, andai ibu sama ayah waktu itu ga nekat nyelamatin lo pasti mereka masih ada disini.
Piyan: Dek, maafin kaka, ini musibah dek kamu harus nerima semua ini. Putri: lo mending pergi dari kamar gua, gua enek liat muka lu.
Piyan pun keluar dari kamar putri sambil sedikit kecewa melihat adiknya berkata sejahat itu.
Pada malam hari Piyan menyiapkan makan untuk mereka makan bersama, namun saat pinyan memanggil adeknya kebawah untuk makan putri malah merespon piyan dengan kata pedasnya “ga sudi gua makan makanan pembunuh, gara gara lo ayah ibu mati” Piyan tetap dengan sabarnya mengantarkan makanan ke depan kamar Putri supaya Putri tidak sakit. Piyan pun mengechat Putri lewat whatsapp.
Percakapan di whatsapp:
Piyan: Jangan lupa di makan ya dek, nanti kamu sakit.
Putri: Ya ok Dan piyan pun mengirim sebuah poto masa kecil mereka dan poto poto lucu mereka sebelum kejadian kebakaran itu.
Piyan: Ini poto kita waktu kecil, mama fotoin kita, lucu kan?
Putri: Lucu, tapi yang bikin ga lucu ada lo
Piyan: Adek? Namun Piyan tidak menyerah untuk membuat hati adiknya kembali menyayanginya:
Piyan: kamu inget foto ini?, dimana senyum kamu ga palsu, kamu bahagia banget.
Putri: Jelas, tapi lebih bahagia lagi kalo lo yang mati nyusul ayah ibu Piyan pun terdiam mendengar adiknya berbicara seperti itu, namun Piyan terus bersabar. Pada suatu malam Putri menangis sesegukan dan Piyan pun menghampiri kamar Putri.
Percakapan mereka di kamar:
Piyan: Adek, ngapain nangis malem malem?, kangen ayah ibu? gara gara kaka?
Putri: jelas Piyan: maafin kaka ya dek, seharusnya ayah ihu dulu ga selamatin kaka, biar abang yang mati aja.
Putri: Ya Dan ternyata dibalik Piyan yang sabar Piyan juga bisa rapuh ketika dia tau, kalo penyakit kanker dia sudah masuk ke stadium 4, dan perkiraan dokter waktu Piyah hidup tinggal 2bulan lagi. Dan dokter menyarankan Piyan untuk melakukan kegiatan kegiatan yang membuat dia senang, dan bagi Piyan kesenangan dia adalah membuat adeknya sayang kembali kepada Piyan, dan Piyan pun terus berusaha agar Putri bisa menganggap lagi Piyan sebagai kakaknya.
Dan pada suatu hari Putri pun mulai merasa kalau perlakuan dia terhadap kakanya itu sudah jahat, dan Putri pun mulai mendekatkan dirinya kepada kakanya kembali, kebetulan sekali Piyan mengajak Putri ketaman, dan Putri pun mulai menerima kakanya kembali.
Kebahagian mereka saat di taman:
Setelah pulang dari taman tersebut Putri merasa bahwa dia sangat sayang kepada kakaknya, dan Putri tiba tiba berbicara kepada kakaknya “ kaka lo ga bakal ninggalin gua kan” dan Piyan pun menjawab “iya kaka gabakalan ninggalin kamu, kaka bakal selalu ada di hati kamu”
Namun waktu Piyan di dunia ini hanya 2minggu lagi, Piyan pun berdoa kepada Tuhan untuk memberikan umur yang panjang kepada Piyan, namun ternyata penyakit Piyan semakin parah, dan pada suatu hari Piyan pun jatuh sakit, namun karna Piyan tidak ingin merepotkan adiknya dia berbicara kepada adiknya bahwa dia akan pergi ke rumah temannya, dan Putri pun percaya, namun sudah 5minggu Piyan tidak pulang, dan putri pun khawatir, dan pada malam hari ada seorang dokter yang mendatangi rumah piyan untuk berbicara kepada putri bahwa kakaknya sudah tidak ada dan dokter itu mengasih surat yang di titipkan Piyan untuk putri, dan putri pun syok mendengar itu, putri berbicara “pasti ini prank kan? Kaka gua masih ada kan? Dimana kakak gua? Tetapi dokter itu meyakinkan bahwa memang kakaknya Piyan sudah tidak ada meyakinkan lewat surah yang di tulis kakaknya untuk Putri.
Setelah Putri membaca pesan tersebut Putri pun tersadar bahwa kakanya lah yang selama ini selalu sabar menghadapin segala sikapnya, dan kakanya lah yang sanggup membahagiakan dia ketika ayah ibunya sudah pergi untuk selamanya.
Dan dari sini kita sadar bahwan jangan menyianyikan orang yang sayang terhadapat kita, karna sebuah penyesalan hanya ada di akhir, ketika kita sudah menyesal kita hanya bisa merenungi kesalahan kita, dan jika sudah kehilangan baru kita sadar bahwa orang itu sangat berharga di hidup kita.
Selesai...
Judul: Sahabat Sejatiku
Penulis: Nadin Nur Haliza
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke: 1 (Oktober 2022)
Di siang hari yang cerah di bawah terik matahari, ada dua orang gadis kecil yang sedang berjalan menuju rumah kita masing-masing setelah pulang sekolah. CALLISTA ADEEVA SYAKILA yang memiliki paras yang cantik dengan rambut yang terurai rapi dan dilengkapi hiasan dan jepitan indah di rambutnya. Dia memiliki sahabat yang bernama RAHMA NADYA yang memiliki paras yang cantik juga dengan rambut nya yang diikat dengan ikatan rambut yang berbentuk pita non indah terpasang di rambutnya. Mereka masih berumur 8 tahun dan masih bersekolah kelas 3 SD.
Aku dan Nadya sudah bersahabat dari kecil, dan kebetulan kami memiliki rumah yang dekat. Jadi jika kami ingin bermain atau bertemu kita tinggal hanya berjalan ke rumah. Dankedua dari orang tua kita pun mengetahui dan disetujui dengan senang hati kami selalu terus bersama-sama di sekolah maupun di rumah hingga kami sudah seperti saudara saja karena memang kita sangat dekat.
Dan sekarang kami pun sudah mulai beranjak ke remaja dan menginjak sekolah SMP. Aku dan Nadya pun sekolah di SMP yang sama dan untungnya kami berada satu kelas. jadi kita dapat selalu bersama-sama, di dalam kelas maupun di luar kelas.
Matahari pun terbit, tanda kalau ini sudah pagi. Aku pun bersiap-siap lalu aku sarapan dulu bersama kalau orang tua sebelum berangkat ke sekolah. Setelah sarapan aku pun berkaitan kepada ayah dan bunda. "Bunn....ayah....Aku pamit dulu yaa....Mau berangkat sekolah!!!....Assalamualaikum!!".Ucap Callista sambil menyalami ayah dan bundanya. "Waalaikumsalam, hati-hati nak...". Ucap bunda kepada Callista dan dibalas "Iyaa" oleh Callista.
Aku pun pergi menyebut Nadya untuk berangkat ke sekolah bersama. dan akhirnya kami pun sampai di sekolah lalu mengikuti pembelajaran di kelas. telepon berbunyi tanda waktu istirahat, aku dan Nadya pun pergi ke kantin menikmati makanan kita sambil berbincang-bincang. Tak terasa belum masuk pun berbunyi dan kami pun melanjutkan pembelajarannya. Setelah pembelajaran selesai kami pun bergegas untuk pulang ke rumah.
"Tak terasa minggu depan adalah ujian akhir semester, sebentar lagi kita akan naik kelas". Ucap Nadya. "Iya agak kerasa banget yaa, semoga nanti kita sekelas lagi". Ucapku penuh harap."Iyaa aamiin semoga aja". Kita terus berjalan dan ngobrol hingga kita pun sampai ke rumah kita masing-masing.
Kami pun menjalani ujian Akhir Semester dengan baik, dan besok adalah pembagian raport. Dan kita pun naik ke Kelas 8. setelah kelulusan naik kelas kita diberi jeda belajar selama 2 minggu dan kita menghabiskan waktu itu bersama.
Selama jeda belajar dua minggu kita habiskan berdua dengan bermain belanja dan nongkrong di cafe. Kami menikmati sudah belajar selama dua minggu itu dengan senang, yaa itung-itung kita rehat dulu sejenak selama libur dua minggu kita tidak belajar.
Tak terasa kami pun sudah masuk sekolah dan kini sudah menginjak kelas 8, dan aku pun mulai mengikuti pembelajaran lagi di sekolah. Kita pun tetap semangat bersekolah yang setiap harinya kita lalui bersama.
Tiba-tiba ada masalah kecil menimpaku dan Nadya. semua itu karena kesalahpahaman antara aku dan Nadya, yang menjadikanpersahabatanku juga agak renggang. Dan kami pun menjadi canggung ketika bertemu ataupun hanya berpapasan. Aku dan Nadya karena melihat aku sedang dekat dengan temanku yang lain. Padahal aku dan dia dekat hanya karena ada tugas kelompok saja. "Hai Nadya" . Ucapku menyapanya. "Halocallista". Ucapku Nadya. "Bahkan kami terlihat sangat canggung dan terlihat seperti baru kenal saja, padahal kami sudah bersahabat sejak kecil". Ucapku di dalam hati. Lalu aku pun memulai pembicaraan setelah kami hanya diam mematung saja. "Hmmm Kenapayaa,akhir-akhir ini aku merasa persahabatan kita menjadi agak jauh dan kita terlihat sangat canggung?". Tanyaku kepada Nadya. " Kan kamu udah punya temenbaru". Ucap Nadya ketus padaku. " Eeeh kamu salah paham Nad, aku sama dia bertemu hanya untuk mengerjakan tugas kelompokku saja". Ucapku Callista berusaha menjelaskannya. " Benerann Callista?! Kalau begitu maaf yaa aku udah salah faham sama kamu". Kata Nadya meminta maaf pada Callista. "Iyaa gapapa kok....
Judul: Kebiasaan Sehari-hariku Adalah Ketakutanku
Penulis: Hera
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke: 1 (Oktober 2022)
"Tidak usah
seperti itu, jalan hidup manusia memang seperti ini, pasti akan ada yang
namanya masalah, tapi kamu tau? Dibalik masalah itu pasti ada kebahagiaan yang
menanti" ucapku kepada temanku yang sedang bercerita tentang masalahnya
kepadaku
"Kamu hanya
perlu menunggu waktu itu tiba, mungkin waktu itu datangnya akan lama, tetapi
percayalah kepadaku waktu itu akan datang kepadamu tidak lama lagi. Percayalah
kepadaku dan bersabarlah" aku berdiri dan menepuk nepuk pundak temanku
sambil tersenyum
Namaku Aera,
Aera Azagella Irene Piara, panggil aku Aera, tetapi orang rumah biasa
memanggilku Irene. Umurku 14 tahun, bukan depan tanggal 23 November umurku akan
resmi menjadi 15 tahun. Aku seorang siswi menengah kelas 9.
Hidupku tidak
ada bedanya dengan yang lain, hanya saja aku mempunyai rahasia yang tidak
boleh satu orang pun yang tahu, termasuk
keluarga dan teman dekatku, mereka tidak boleh mengetahuinya
Aku mempunyai
seorang kakak perempuan yang berbeda 6 tahun denganku. Meskipun aku dan kakak
ku berbeda beberapa tahun, tetapi tinggi ku dan kakak ku hanya berbeda beberapa
cm, mungkin 2 cm (?) Ya, kurang lebih seperti itu, banyangkan saya sendiri
Nadya Lauren Kirana , nama kakak perempuan ku adalah Nadya Lauren Kirana. Aku memanggilnya kadya (ka nadya) aku pikir namanya terlalu simple,
jadi aku singkat saja namanya menjadi kadya. Kadya bekerja di salah satu
restoran sebagai kasir. Terkadang orang-orang menganggap aku dan kadya adalah
anak kembar, mereka bilang mukaku dan kadya itu mirip, belum lagi ditambah
tinggi badanku dan kadya tidak jauh berbeda. Hal itu menambah kesan kemiripan
ku dan kadya semakin kuat jika itu anak kembar.
Kalo boleh
jujur, aku tidak terlalu suka kepadanya, aku berpikir bahwa dia selalu
mengambil apa yang seharusnya menjadi hak ku, aku selalu dibandingkan
dengannya, padahal menurutku aku lebih unggul darinya, maaf, bukan magsud ku
membanggakan diri, tetapi itu opiniku, aku lebih unggul darinya. Aku mengikuti
lomba cerdas cermat dan memenangkan juara ke-2, aku mempunyai 2 piala, aku
mempunyai 3 mendali dan aku mempunyai 1 sertifikat penghargaan, tetapi dia
tidak mempunyai semua itu, tapi tidak ada gunanya, yang mereka banggakan tetap
kakakku bukan aku. Sudahlah aku tidak mau membahasnya.
Aku berjalan ke
koprasi sekolah untuk membeli roti agar aku bisa meminum obat, ya, aku sedang
sakit, meskipun hanya demam tetapi itu tetap sakit kan? Sudah 3 hari ini aku
demam dan orang di rumah tidak ada 1 orang pun yang mengetahuinya, entahlah,
terlalu malas memberitahu nya, respon mereka akan santai dan bilang "Besok
juga sembuh" aku yakin. Aku saja membeli obat ini dengan uangku sendiri,
Tidak apa-apa aku sudah terbiasa dengan semua ini
Waktu terus berjalan dan bel sekolah pun berbunyi. Sama seperti kelas pada umumnya, sebelum pulang kami berdoa agar tidak ada kejadian yang tidak di inginkan saat pulang. Aku menunggu temanku yang sedang mengerjakan sesuatu dikelasnya, oh ayolah, bel sudah berbunyi mengapa kelas ini lama sekali bubarnya? Jika saja aku tidak naik jemputan sudah ku pastikan aku sudah meninggalkannya. Maafkan aku, aku hanya tidak suka jika menunggu lama, belum lagi aku sedang demam, ingin menangis saja rasanya.
Akhirnya aku
tiba di rumah ku, rumah yang sepi, tidak ada cahaya, dan tidak ada seorangpun
di rumah ini. Bagus aku sendirian lagi, tidak apa-apa aku sudah terbiasa.
Kali ini aku
tidak kuat lagi, kepalaku pusing, badanku panas. Oh tidak! Aku benar-benar
lemas, aku menangis di sopa rumahku, seperti inikah ditinggalkan saat sakit?
Seperti inikah rasanya mengurus diri sendiri saat sakit? Ada begitu banyak
pertanyaan di kepalaku. Aku mencoba untuk tidur agar pusing dan demam ini
hilang, tetapi aku selalu terbangun, aku menangis lagi, aku berharap ada
keajaiban yang datang kepadaku, aku berharap ada telfon masuk dari ayah atau
ibuku dan bertanya "Apa kamu baik baik saja?" Tapi aku berharap apa?
Mereka tidak akan perduli kepadaku, tapi ayolah. Kali ini aku benar-benar
membutuhkan mereka, aku mohon...
Aku menangis
semakin jadi, tidak ada seorang pun yang datang, ku pejamkan mataku dan
berharap sakit ini akan hilang saat aku bangun, karna hanya itu harapan
terakhir ku.
Aku terbangun
karena ada telapak tangan menempel di dahiku. Aku membuka mataku, aku menemukan
ada kakak ku di depan ku. Detik itu juga aku menangis dihadapan nya, kadya
menatapku dengan mata yang mengeluarkan cairan bening dari matanya, lihatlah
dia menangis
Tuhan...
bagaimana aku bisa membencinya? Bagaimana aku bisa membencinya jika dia saja
seperti ini? Kadya bertanya kepadaku dengan suara khas orang yang sedang
menangis
"Mana yang
sakit? Apa yang sakit?" Katanya
"Kepalaku
pusing, kepalaku sakit, sakit sekali" ucapku
Aku tidak
berbohong, aku serius. Kepalaku sakit, sakit sekali. Apa yang bisa dilakukan
kadya? Dia hanya menangis dan memeluk ku, ini pertama kalinya dia melihat aku
menangis setelah beberapa tahun yang lalu
Ayah sudah
pulang dari kerjanya, ibuku? Hahaha dia pulang 2 Minggu sekali. Ayah berjalan
kearah ku dan berbicara
"De,
periksa ke dokter saja ya?" Kata ayahku
Biasanya akan aku tolak mentah-mentah, tapi sekarang aku anggukan kepalaku tanda aku mau diperiksa ke dokter. Ayah menelfon seseorang, entahlah mungkin itu ibuku? Tak lama kemudian ayah bilang kepadaku ingin menjemput dulu ibuku, benar dugaan ku, yang ayah telfon tadi ibu! Setengah jam aku menunggu ibu dan ayah ku kembali. Air mataku kembali turun ketika ibu mendekatiku. Tangis ku pecah ketika dia bertanya "Mana yang sakit, hm?" Ini pertama kalinya ibu bertanya kabar ku, salah! Bukan kabar, aku tidak tahu harus disebut apa pertanyaan itu. Tangis ku belum berhenti ketika aku di dalam mobil, ayah menyetir, ibu dan aku di belakang. Akhirnya...akhirnya setelah beberapa tahun yang lalu ibuku memelukku lagi, dia memelukku, dia mengusap rambutku, dia mengusap air mataku. Bisakah aku menghentikan waktu? Bisakah aku meminta malam ini yang tidak ada siangnya? Aku ingin lebih lama merasakan pelukan ini, aku merindukan pelukan ini, beberapa tahun yang lalu, yang mendapatkan pelukan ini hanya kadya, jadi salahkah jika aku meminta waktu lebih lama?
Aku menunggu di
ruang tunggu klinik itu, hingga namaku dipanggil, aku masuk kedalam dengan
ibuku. Oh tidak! Dokter nya tampan, lucu, kulitnya putih, badan nya sedikit
berisi. Aku duduk di kursi berhadapan dengan dokter itu
"Baik Bu
ada keluhan apa?" Tanya dokter itu
"Ini dok
anak saya demam, pusing dan mual" ucap ibuku
"Sudah
berapa hari Bu demamnya?" Tanya dokter itu kepada ibuku
Aneh bukan?
Harusnya dokter itu bertanya kepadaku, bukan ibuku, dia tidak tahu apa apa
tentang diriku. Aku isyaratkan lewat jariku bahwa aku demam sudah 3 hari
"3 hari
dok" ucap ibuku
"Baik adek,
ayo diperiksa dulu" ucap dokter itu padaku
Aku berbaring di
brankar yang ada di sana. Tak butuh waktu lama aku bangun lagi dan kembali
duduk bersama ibuku
"Jadi gini
Bu, ada 3 kemungkinan adek Aera ini bisa sakit biasa atau terkena virus biasa,
atau tipes, bisa jadi demam berdarah" ucap dokter itu
What? What did
this doctor say? Tipes? Demam berdarah? Impossible.
Aku hanya terkena virus biasa saja kan? Oh ayolah
tidak mungkin
Aku menunggu
dilantai 2, dokter itu bilang aku harus cek darah untuk mengetahui hasilnya.
Tunggu dulu, cek darah? Di suntik dong? Yang benar saja, aku ini takut dengan
jarum suntik, dan sekarang aku disuruh cek darah? Apa maksudnya?
Seorang suster
mendatangi ku dan bertanya kepadaku
"Iya, ada
apa?" Ucap dokter itu
Ibuku
menjelaskan ke dokter itu. Ibuku menjelaskan apa tujuan aku dan dia ada di
lantai 2 ini, dokter itu mengangguk anggukan kepala tanda dia mengerti. Dokter
itu mengeluarkan kotak, kotak itu isinya hanya jarum, kalian tahu? Aku sudah
ingin menangis ketika kapas menyentuh kulitku
"Baik adek,
tarik nafas"
Suster itu mulai
menyuntikan jarum itu ke lengan ku, kalian harus tahu. Dokter itu menarik lalu
menyuntikan kembali jarum itu ke lengan ku sebanyak 3 kali, aku sudah menangis,
lalu dengan seenaknya suster itu bilang
"Kita coba
sebelah kiri ya de" ucapnya dengan tenang
Aku kembali
menangis ketika jarum itu lagi dan lagi menusuk kulit ku, sungguh, kalian bisa
memanggilku cengeng atau apapun. Apa ini? Jarum itu kembali di tarik dan
dimasukan ke tangan kiriku lagi, suster itu melakukannya sebanyak 3 kali
Apa yang
sebenarnya suster itu lakukan? Mengapa dia terus menerus menyuntikan seperti
itu?
Aku bernafas
lega ketika aku mengira sesi suntik menyuntik ini sudah selesa. Ternyata aku
salah, dokter itu lagi dan lagi menyuntikan jarum di jari tengah ku
Aku pulang dari
klinik itu. Ibu dan ayah ku kembali ke klinik itu untuk mengambil hasilnya.
Butuh beberapa menit untuk orang tuaku kembali. Setelah sekian lama aku
menunggu akhirnya orang tua ku kembali, aku penasaran, aku sakit apa
sebenarnya? Aku memberanikan diri untuk bertanya
"Gimana?
Irene sakit apa?" Tanyaku
Ibuku tidak
menjawab, dia malah mendekat kepadaku dan mengusap rambutku, lalu berkata
"Irene,
kamu harus banyak minum air putih, kamu kurang minum air putih" ucap
ibuku, aku merasa aneh, mengapa ibuku mengalihkan pembicaraan?
"Aku sakit
apa?" Ulang ku
"Tipes"
jawab ibuku
Aku tidak
menjawab, oke, aku bisa menerima penyakit ini ada di dalam tubuhku, tapi apakah
penyakit ini parah?
"Jika Senin
Irene tidak sembuh, Irene akan di bawa ke rumah sakit" ucapnya
Demi apa?
Separah itukah penyakit ini? Kenapa harus di bawa ke rumah sakit? Aku masih
diam, aku belum menjawab, aku tidak ingin menjawab, aku tidak ingin membahasnya
Kondisi ku tidak
berubah, 4 hari aku benar-benar berbaring di kasurku, ibuku menekan ku untuk
cepat sembuh, dia terlalu menekan ku, aku juga ingin cepat sembuh tapi aku bisa
apa? 4 hari ini juga aku sering menangis, bahkan ketika aku sakit pun ibuku
tetap mementingkan nya, kalian tahu kan siapa magsud ku? Aku tidak benar-benar
dirawat olehnya, aku benar-benar ingin sembuh
Tidak ada lagi
pelukan, tidak ada lagi elusan rambut, aku kembali sendirian, aku kembali menangis
sendiri, aku menguatkan diriku dengan kata-kata yang selalu aku ucapkan
"Tidak apa apa, aku sudah terbiasa dengan semua ini"
Hari ini ibuku
harus kembali bekerja, padahal kondisi ku belum membaik. Demam ku masih naik
turun, kepalaku masih sakit, tak bisakah dia tetap dirumah lebih lama? Aku tahu
dia harus bekerja, aku mengerti dia harus bekerja, tapi kumohon aku sedang
membutuhkan seorang ibu sekarang, aku tidak mau sendirian lagi, aku tidak mau.
Apakah aku anak kandung dari keluarga ini? Jika iya, mengapa semua kasih sayang
di keluarga ini selalu di berikan ke kadya? Tak bisakah aku mendapatkan nya?
Walau hanya sendiri, tidak bisakah?
Dan terjadi
lagi, aku sendirian di rumah ini, ayahku kerja, ibuku kerja, bahkan kadya pergi
bekerja, mengapa mereka tega sekali? Apakah aku benar-benar bukan anak kandung
dari keluarga ini?
Hari ini,
walaupun sedang sakit, aku memandikan diriku dengan air dingin, persetan dengan
demam, aku sudah tidak perduli, sudah mandi aku makan agar bisa meminum obat.
Aku makan di ruang makan sendirian, hanya suara piring dan alat yang aku
gunakan untuk makan yang terdengar, tiba-tiba aku teringat dengan ibuku, aku
kembali menangis lagi dan lagi, aku menangis lagi memikirkan ibuku, aku tidak
membencinya, aku bukan membencinya, aku hanya membutuhkannya. Meskipun aku
terlihat tidak perduli, tapi ayolah aku hanya seorang anak 14 tahun yang
membutuhkan kasih sayang seorang ibu, percayalah, makan sambil nangis itu tidak
enak.
1 hal yang
pasti, akan kupastikan suatu hari nanti anakku tidak akan menerima perlakuan
sama seperti kehidupan ku ini
Aku teringat
dengan tugas sekolah ku yang harus aku kerjakan, membuat cerpen, apakah boleh
jika kutuliskan cerita hidupku yang...apa ya? Harus kusebut apa hidup ku ini?
Sudah
kuputuskan, aku mengerjakan tugas sekolah ku dengan kisah nyata ku, aku hanya
bisa berharap guruku bisa menerima tugasku ini.
Terimakasih.
Judul: Diri
Penulis: Marlina Shintia
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke: 2 (November 2022)
Diri
Hai diri
Kamu pasti lelah
Kamu pasti cape
Kamu pasti muak
Dengan kegilaan semesta dan isinya
Tetapi diri
Kita harus tetap menggapai bunga diatas gunung itu
Untuk mereka semua yang menginginkannya
Diri
Aku tau kamu lelah
Lelah dengan semesta yang selalu meminta kebenaran
Dan kamu yang selalu disalahkan
Diri
Aku tau kamu cape
Cape dengan semua sikap isi semesta ini
Oleh pisau-pisau yang mereka tancapkan kepadamu
Diri
Aku tau kamu muak
Muak dengan mulut-mulut mereka yang selalu mengatakan seenaknya
Muak dengan sikap mereka yang seolah olah merekalah yang paling benar
Namun diri, tenang saja
Semuanya akan berakhir baik-baik saja
Layaknya roda yang terus berputar jika dijalankan
Sama seperti semesta
Hujan akan turun dengan derasnya
Namun akan terhenti ketika tuhan telah berkehendak
Dan melahirkan pelangi yang begitu indah
Judul: Fun Way to Learn
Penulis: Putri Regina
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke: 2 (November 2022)
Judul: Mati Rasa
Penulis: Alaina Arif
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke: 2 (November 2022)
Judul: Sahabat Sejatiku
Penulis: Nadin Nur Haliza
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke: 2 (November 2022)
Judul: Tulisan Sastra
Penulis: Herawati
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke: 2 (November 2022)
"Sahara, hidup itu perihal menyambut dan kehilangan. Kamu tahu
lagu sampai jumpa-nya Endank Soekamti, kan? Ya kira kira begitulah. Tapi kamu
tahu alasan kenapa manusia punya perasaan? Sebab itu adalah satu satunya cara
untuk mengingat dengan kesan yang tak habis habis. Jadi jangan terlalu sedih
jika menemukan kehilangan kehilangan lainya. Sedihnya seperlunya, lalu ingat
bahwa sebenarnya kamu tidak benar benar kehilangan. Sesuatu itu abadi dalam
kenang yang kamu bawa dalam perasaanmu. Sampai sini paham, kan?" Ucap
sastra hari itu
Tak hanya mencintai keluarganya, sastra juga mencintai Sahara.
Menggelar pertunjukan solo sebagai pianis, disaksikan oleh keluarga dan Sahara
pernah menjadi mimpi terbesarnya
Impian adalah rangkaian tangga nada. Keluarganya adalah garis
paranada. Sementara Sahara memenuhinya dengan jajaran not balok. Hidup Sastra
adalah sebuah lagu
"Sastra, kamu lupa tentang satu hal, semakin singkat suatu
cerita. Semakin dalam luka yang terkoreh.
Kehilangan memang akan terus terjadi. Tapi kalau boleh aku memilih,
aku belum siap kehilangan kamu." Ucap Sahara
"Sahara, betapa lama manusia mampu bertahan seorang diri dalam
kegelapan?"
"Sastra, berapa lama manusia mampu melulakan luka berjejak
tanpa suara?
Dirundung perih menyiksa, dihantam pilu yang menderu, saingatku,
semalam aku menangis tanpa suara, hanya untuk mengenang mu yang kini entah
berada dimana"
"Sepekan, dua pekan, kearah mana aku harus mengais jejakmu?
Kearah mana agar aku bisa berlari memelukmu? Sastra, kearah mana jalan untuk
kembali menemukanmu?"
Kepergian sastra memberikan luka yang mendalam bagi Sahara, keluarga
Suyadi, dan teman temannya. Mungkin inilah suatu karma yang harus di tanggung
karena dulu telah menyia-nyiakan sastra.
Penulis: Herawati
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke: 3 (Januari 2023)
ADERA HOME
"Pernah gasi kamu mikir kalau kelahiran kamu ini adalah bencana yang sangat besar? Bencana yang sangat mengerikan,paling mengerikan yang pernah yang pernah kamu alami?maksudku kamu adalah anak yang sangat ceria diantara teman-temanmu. Tapi siapa sangka jika kecerianmu selama ini ternyata palsu...
"Kiara... Jangan hanya melihat sisi kejam dunia,sekali-kali kamu harus melihat indahnya dunia ini kamu hanya terus melihat sisi gelap dunia. Padahal disisi lain dunia ini mempunyai sisi terang sangat terang,ingin aku beri tahu rahasia? Aku hanya seorang anak berusia 15 tahun,Kirana...sama sepertimu,orang tuaku selalu bertengkar belum lagi mereka hanya memikirkan anak sulung mereka...kakak ku,tetapi apa kau pernah melihatku menangis? Tidak Kirana aku tidak akan menangis,kecuali jika ada anggota keluargaku yang meninggal,aku akan menangis saat itu juga. Tapi tidak untuk sekarang aku tidak menangis karena aku selalu tinggal di sisi terang dunia kau tau maksudku bukan? Tinggalkan sisi gelap Kirana itu terlalu menyakitkan aku tahu itu"
Ini tentang dirinya,seorang laki-laki berwajah tampan mempunyai kulit putih,tinggi badan yang sempurna untuk seorang laki-laki umur 15 tahun.
Feivei Miftah Adera,memiliki seorang kakak perempuan yang hanya berbeda 6 tahun darinya,feivei...seorang anak yang selalu tidak dianggap anak oleh keluarganya,tidak tahu karena apa feivei bisa di panggil Miftah atau Adera. Dia seperti mempunyai 3 nyawa yang berbeda feivei,feivei anak yang cukup menyebalkan,sikap tengilnya mampu membuat orang-orang disekitarnya tertawa nyaman,feivei sosok yang menyenangkan untuk dijadikan tempat Cerita teman idaman semua orang Miftah. Miftah adalah sosok dirinya yang dirumah,seorang anak yang selalu di jadikan tempat pelampiasan seorang ayah jika pekerjaan ayahnya tidak sesuai sekpetasinya,hal yang sering Miftah katakan "Tidak apa-apa". Adera laki-laki itu terlalu baik hati untuk diperlakukan seperti itu,dunia memang kejam untuk anak laki-laki itu
Untuk kesekian kalinya Adera menerobos hujan yang cukup besar,tidak ada yang akan menjemputnya dari sekolah tidak aka pernah ada. Jarak dari rumahnya ke sekolah bisa di bilang cukup jauh,butuh waktu 1 Jam lebih jika dia berlari,tetapi hari ini dia terlalu lelah untuk berlari dia berjalan di derasnya hujan. Adera membiarkan air hujan menyentuh seruruh badannya,dinginnya air hujan membuat dia ingin berteriak dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika orang rumah melihatnya dengan keadaan seperti ini,baju seragam di keluarkan dan basah ada luka di bagian pipi yang basah karena terkena air hujan,sungguh menyedihkan sekali hidup anak ini. Adera sudah pasrah apa yang akan ayahnya berikan untuk kali ini.
Kakinya melemas ketika dia melihat mobil sang ayah sudah ada di halaman rumahnya. Apa ini? Bukannya ini masih terlalu siang untuk ayahnya pulang bekerja? Oh maksudku ini masih jam 4 sore,kenapa ayahnya sudah pulan? Sungguh anak yang malang.
Baru saja dia membuka pintu rumah, ayahnya melemparkan kertas kertas yang sengaja dia sembunyikan dari ayahnya tepat ke mukanya, itu surat panggilan orang tua dari sekolahnya, dia sengaja tidak memberikan surat itu ke orangtuanya karena dia yakin, orangtuanya tetap tidak akan datang ke sekolah, jadi apa gunanya dia berikan kepada ayahnya?
"Apa lagi sih?" Untuk pertama kalinya Adera mengucapkan tiga kata itu di hadapan sang ayah, siapa yang akan menyangka jika seorang feivel miftah Adera akan mengucapkan tiga kata itu?
Tanpa aba aba ayahnya menarik kerah baru Adera sampai dia berjinjit karena tinggi dia masih di bawah sang ayah
"Apa maksudnya semua ini? Kenapa banyak surat panggilan orang tua di kamar mu? Dan kenapa kau tidak memberikan nya kepada kami?" Satu pukulan mendarat sempurna di wajahnya
Adera tidak menjadi, dia tetap diam ketika ayahnya memukulnya
"Bicara anak sialan" kesabaran Adera sudah habis, dia bisa diam ketika ayahnya memukulnya sebanyak yang dia mau, tetapi tidak untuk sekarang, apa katanya? Anak sialan? Apa dia tidak mempunyai hati? Adera juga masih menjadi anak dia, kenapa dia sangat tega mengucapkan kata itu?
Tanpa aba aba Adera memukul wajah ayahnya sampai dia terjatuh, ini adalah yang pertama kalinya dia melakukan ini, adera sangat marah sampai dia tidak sengaja memukul wajah ayahnya, ayahnya bangkit dan kembali memukuli kaki maupun punggung Adera dengan sapu, kakak perempuannya datang dari arah depan, dia baru saja pulang dari kerja
"y-yah?" Katanya terkejut, saat melihat ayahnya sedang memukuli adiknya
"Lihatlah dia, dia sudah berani memukul orang tua, kami tidak pernah mengajarkan dia seperti itu!" Ucap ayahnya saat dia melihat kakak Adera tertangkap oleh matanya, menunjuk Adera yang sedang kesakitan
Saudarinya diam saja, dia hanya memandang Adera yang tergeletak tak berdaya dengan pandangan iba, antara ingin menolong atau tidak
"Emang kalian pernah mengajarkan aku apa? Apa yang telah kalian ajarkan kepadaku?" Adera tiba tiba berbicara
Ucapan Adera itu membuat ayahnya kembali marah
"Ayah harus beri dia pelajaran biar kelakuannya nggak keterusan!" Ucap sang ayah
"Ayah mau ap-" ucapan kakaknya terputus ketika dia melihat ayahnya mulai memukuli adiknya lagi
Hingga dimana Adera sudah benar benar tidak berdaya, ayahnya masih memukulnya, hingga adiknya mulai muntah darah, kemarahan kakaknya tidak bisa di tahan lagi
"Ayah!" Seru kakaknya, dia mendorong ayahnya jauh dari tumbuh adiknya
"Apa apaan kamu?!" Seru ayahnya
"AYAH GILA YA? DIA BISA MATI YAH!"
"BIAR SAJA DIA MATI SEKALIAN!"
"BAJINGAN!!"
Buakh
Sepertinya Tuhan masih mengasihi dan melindungi Adera saat itu, pamannya yang kemudian datang entah sejak kapan menerobos masuk kedalam rumah
Ayahnya tersungkur menabrak dinding saat mendapati Adera yang pingsan tidak berdaya oleh ayahnya sendiri
"Iblis sialan"
Penulis: Putri Regina
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke: 3 (Januari 2023)
PULANG KAMPUNG
Penulis: Alaina Arif
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke: 3 (Januari 2023)
"Setetes Air Mata"
hujan malam sangat deras menerpa hidupku saja.
air dimataku bercucuran di sela sela jendela.
aku rasa aku telah patah hati menepi hingga ke jiwa.
hidupku seolah tidak bisa bahagia.
rindu pergilah aku tak ingin ada rindu.
meski rasanya sangat sesak di dada.
namun dunia ku penuh dengan bayangamu.
menghantuiku di setiap waktu.
aku terdiam di sela angin berlewat kencang.
aku terbukam, aku membisu, setetes air jatuh di pipiku.
menatap hari yang semakin kacau.
menangisi harapan yang sudah pudar.
waktu terus mengiringi
detak jantung menemani.
aku terdiam di ruang sunyi
hati tak lagi memilih menanti.
sebab pemilikinya sudah lama pergi.
yang menanti tidak pasti
yang tersungkur hampir mati
yang datang pun kembali pergi
Kian hari kian tersedu.
Akibat cinta yang telah layu.
Kemudian kudapati diri ini sedang merindu.
Pada hati yang dulu bersama ku.
Penulis: Marlina Shintia
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke: 3 (Januari 2023)
Sejati Mimpi
Layaknya seorang manusia
Yang selalu hidup berdampingan
Tak kenal usia
Hingga akhirnya hayat yang mengakhiri semuanya
Namun
Ada seseorang yang selalu menunggu
Ada pula seseorang yang selalu berkhayal
Tetapi jangan kamu menunggu
Ketika semuanya tidak datang
Hanyalah rasa kecewa
Yang datang memimpin perasaan
Dan jangan pula kamu berkhayal
Karena sejuta khayalan itu hanyalah
Sebuah harapan yang tak bertepi
Yang mengatasnamakan cinta
Penulis: Nadin Nur Haliza
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke: 3 (Januari 2023)
Terima Kasih, Ibu
Penulis: Marlina
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke-: 4 (Februari 2023)
Rumah
Apa sebenarnya rumah itu?
Banyak kali orang menempati rumah mereka
Yang menurut mereka tempat ternyaman
Yang memiliki rasa ketenangan
Setelah mereka menghadapi dunia mereka yang kelam
Namun, apakah rumah itu berbentuk ruangan?
Rumah seperti apa yang sebenarnya mereka tempati?
Mengapa mereka sangat
membutuhkan rumah itu?
Rumah yang jadi sandaran untuk mereka
Rumah yang selalu ada ketika mereka rapuh
Rumah yang selalu menemani
Ketika mereka sedang dihadang ombak besar
Tetapi
Mengapa mereka bisa mendapatkan rumah itu?
Mengapa rumah saya begitu sulit untuk didapatkan?
Sejauh bumantara diatas sana
Yang sulit untuk digapai
Penulis: Herawati
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke-: 4 (Februari 2023)
Tacenda
"Bunda bilang aku ini orang kaya, sampai jantung ku saja di pakaikan cincin" -Huang Renjun
"Mama bilang hidup ku begitu bersih, sampai darahku saja harus di cuci" -Lee Jeno
"Ibu ku bilang aku ini seperti raja, perlu di jaga ketat, jangan terjatuh apalagi terluka" -Na Jaemin
Renjun, Jeno dan Jaemin
Tiga insan yang mempertahankan hidup ketika dokter berkata lain
Persahabatan yang di bangun 5 tahun silam di sebuah rumah sakit terkenal di Korea Selatan. Ketiga nya dekat dengan semangat yang saling menguar, berusaha hidup, berusaha sembuh
Karena ketiga nya percaya, tuhan tidak pernah tidur untuk mendengar permintaan mereka
"Kamu masih punya banyak kesempatan untuk hidup, tolong jangan sia-siakan itu."
Jaehyun mengatur defibrillator sampai ke angka 250 joule, lalu ia arahkan benda tersebut ke dada Renjun yang telanjang dada
"Shoot!"
Tidak ada pengaruh pada detak jantung Renjun, "satu kali lagi, shoot!"
Masih tidak ada yang berubah
"Renjun ku mohon, diluar sana mereka menunggumu, kau harus kuat." Jaehyun menintikan air mata sebelum meninggikan Joule pada defibrillatornya
"360 Joule, shoot!"
Tit...tit...tit
Mesin EKG menunjukan pegerakan jantung Renjun yang mulai stabil meskipun lemah
Jaehyun mengecup dahi Renjun
"Terimakasih telah bersedia untuk bertahan..."
"Pakaian infus dan oxygen mask lalu siapkan ruang ICU, kondisinya masih kritis" titah jaehyun kepada beberapa perawat
"Baik dok"
----------
"Jeno ayo...waktunya cuci darah, sebentar lagi bagian mu"
Pemuda tampan yang bernama Jeno menggeleng
"Aku menunggu Renjun dulu"
Pria baruh baya menghampiri Jeno dan pemuda yang sedang menangis di sebelah nya
Pria paruh baya itu menepuk bahu lebar Jeno "pergilah, Renjun tidak apa apa"
Alis jaemin- pemuda yang bersama Jeno berkerut
"Tidak apa apa? Paman bilang Renjun tidak apa apa?! Paman, aku melihat Renjun yang sedang sekarat di depan mataku sendiri! Dan sekarang paman bilang Renjun tidak apa apa?" Jaemin berteriak
"Nana..." Sang ibu mengengam tangan putra nya yang mengepal
"Renjun sudah terbiasa sepeti ini" lirih pria paruh baya dengan sorot sedih
"Tapi Renjun itu kuar-" seseorang menghampiri dan menepuk bahu Jeno, "jadi, sekarang ayo cuci darah, percayalah bahwa Renjun baik baik saja"
"Tapi kak-"
"Jeno, jika Renjun tau kau menolak cuci darah karna dirinya, dia akan merasa bersalah"
Jeno hanya menurut setelah mendengarkan ucapan ibu Renjun. Sang ibu mendorong kursi roda yang Jeno kenakan menuju ruang cuci darah
"Na, badanmu hangat" ucap sang ibu ketika kulitnya bersentuhan dengan kulit putranya
Jaemin memiliki imun yang sedikit buruk, ia mudah sekali terserah virus dan bakteri yang berterbangan di sekitarnya
"Aku tidak apa apa" lirihnya sambil memandangi pintu IGD yang tidak mau terbuka
Ibunya mengelus kepala jaemin, "jangan terlalu lelah"
"Aku tidak apa apa mama"
----------
"Aku kan sudah berapa kali bilang, jangan terlalu lelah Na Jaemin" omel dokter yang bername tag Kim Doyoung, Dokter yang sedikit mirip kelinci itu terus mengomel
"Kak, berisik, kepalaku pusing"
Jaemin menutup mata nya, rasa pusing membuat dunianya seperti berputar
"Bibi! Lihat anak ini" adu Doyoung kesal
"Biarkan saja, ayo cepat periksa!"
"Kenapa jadi aku yang di marahin bi?"
Seorang suster masuk ke dalam ruangan mereka
"Maaf dokter, tapi anda tidak boleh berisik"
Doyoung tersenyum kikuk, sedikit malu "o-oh iya maaf" suster itu membungkuk hormat dan pamit keluar
"Rasakan" celutuk jaemin yang langsung mendapat tatapan tajam dari Doyoung
"Kau" dokter itu tidak bisa berkata kata lagi menghadapi anak ini "kak cepat, aku ingin melihat Renjun"
Akhirnya Doyoung memeriksa jaemin Hinga tuntas meskipun dengan wajah bertekuk kesal
"Aku tidak mau dirawat!"
"Harus! Satu hati saja"
"Satu hari saja percuma, lebih baik tidak usah" Doyoung memijat pelipisnya, sampai kapanpun ia tidak akan pernah menang jika berdebat dengan anak ini
"Yasudah! Tapi janji harus istirahat, jangan dulu berkeliaran, bibi aku titip anak nakal ini ya" Tiffany- ibu jaemin mengangguk
"Jangan menunggu Jeno, jangan dulu menjenguk Renjun, langsung pulang dan istirahat!" Alis jaemin mengangkat "mana bisa begitu?!"
"Harus bisa! Kau menolak untuk di rawat, kali ini saja jangan membantah ucapan ku"
"Ta-" Tiffany mengelus bahu putranya, "Na, kau perlu istirahat, bukankah kau sempat mengatakan bahwa dirimu lebih kuat dari dua sahabatmu? Mereka sedang sakit, kau jangan ikut sakit"
Jaemin berpikir sejenak, dan, "okey" hari ini aku akan beristirahat di rumah" Doyoung mengelus acak Surai berwarna hitam itu "Good boy"
Penulis: Putri Regina
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke-: 4 (Februari 2023)
WAKTU
Setiap hari kau mengikutiku
Dari terbit sampai tenggelamnya matahari
Kau selalu mengiringiku
Tiada henti kau bersamaku
Kau pengingat kami untuk beristirahat
Kau pengingat kami untuk beraktivitas
Kau membuat kami menjadi disiplin
Kau membuat kami untuk selalu mengingatmu
Kau membawa kami berotasi
Selalu mengajarkan kami menghargai waktu
Kau membuat kami menghargaimu
Kau selalu membawa kami untuk memahami waktu yang sangat berharga
Kau lah waktu….
Sesuatu yang berharga
Yang selalu hadir
Terima kasih sudah membuat kami sadar
Sadar akan keberhargaan dirimu
Terima kasih waktu….
Tanpa kehadiranmu
Mungkin kami tidak akan tahu
Betapa berharganya dirimu
Betapa mudahnya kami bersamamu
Tetaplah menjadi yang paling berharga sampai kapan pun
Penulis: Nadin Nur Haliza
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke-: 4 (Februari 2023)
Penulis: Alaina Arif
Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd
Bulan ke-: 4 (Februari 2023)

Untukmu Aku Ada

Tempat ternyaman

0 Komentar