Tulisan Siswa Kelompok 8

Judul: Si Kecil yang Selalu Hidup Sendiri

Penulis: Marlina Shintia

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke: 1 (Oktober 2022)

    Di salah satu kota yang berada di daerah Bandung terdapat seorang anak perempuan, dia adalah anak yang manis, dia memiliki kulit sawo matang, badannya tidak terlalu tinggi, dan dia bernama Shintia Queenza orang-orang biasa memanggilnya Tia. 

    Sewaktu kecil Tia selalu dititipkan kepada bibi dari ayahnya, karena ayah dan ibunya pergi bekerja. Tia mulai dititipkan kepada bibinya saat ia berumur 8 bulan, Waktu terus berlalu sampai Tia beranjak menuju umur 5 tahun. Setau Tia orang tuanya itu ialah bibi dan pamannya, namun setelah berumur 6 tahun, Tia mengetahui bahwa orang tuanya itu bukanlah bibi dan pamannya. 

    Pada suatu hari saat Tia berumur 6 tahun, ada seorang wanita cantik yang datang mengetuk pintu rumah bibi dan pamannya, “Tok...tok...tok” pada saat itu di rumahnya hanya ada Tia seorang, karena bibinya sedang pergi ke warung, dan pamannya sedang pergi bekerja. Tia merasa kebingungan karna kata bibi jika ada seseorang yang tidak dikenal mengetuk pintu jangan dulu dibuka pintunya, Tia hanya bisa mengintip di jendela dan terus memandangi wanita cantik tersebut yang berada di depan pintu, ia sangat penasaran siapakah wanita itu. 

    Beberapa saat kemudian bibinya pun datang dan langsung berbincang dengan wanita tersebut, Tia yang awalnya hanya mengintip di jendela ia langsung bergegas menghampiri bibinya, dan mengumpat di belakang badan bibinya, ia bertanya kepada bibinya dengan suara yang sangat pelan “Mah, wanita itu siapa?” tanya Tia dengan penasaran, bibinya pun hanya tersenyum tipis dan berkata “Nak, wanita ini sebenarnya adalah ibumu” Tia tercengang kebingungan saat bibinya mengatakan bahwa wanita tersebut adalah ibunya “Jika wanita itu adalah ibuku, lalu mamah adalah siapa?” tanya Tia kepada bibinya, bibinya pun menjawab dan menjelaskan kepada Tia bahwa ibunya yang sebenarnya adalah wanita cantik itu dan menjelaskan bahwa bibinya bukanlah ibunya. 

    Setelah itu Tia pun menyadari dan memahami apa yang dibicarakan oleh bibinya, Tia pun sekarang mengetahui nama ibunya yang asli adalah, Mariam 

    Tia dan ibunya pun saling mendekatkan diri, dan berbincang di ruang tamu, lalu ibunya bertanya “Nak, maukah kamu tinggal bersama ibu dan ayahmu sekarang?” tanya ibunya dengan penuh harapan “Mau Bu, apakah kita akan tinggal bersama ayah? Apakah aku bisa bertemu dengan ayahku?” Jawab Tia dengan sedikit pertanyaan, “Iya nak, kita akan tinggal bersama ayahmu, dan kamu akan bertemu ayahmu” Ibunya pun menjawab pertanyaan Tia dengan rasa senang sekaligus terharu karna ibunya bisa kembali tinggal bersama anak kandung nya kembali.

    Pada saat itu Tia, ibu, dan ayahnya tinggal bersama di sebuah rumah peninggalan nenek nya, yang tidak jauh dengan rumah bibinya.

    Tia membiasakan diri dengan tempat tinggal baru nya, Tia pun mulai sekolah yang lokasi nya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Tia duduk di bangku SD kelas satu, dia mempunyai satu teman laki-laki yang bernama Nova, Nova adalah teman Tia yang pertama kali Tia kenal, dia adalah anak laki-laki yang baik, ibunya sudah meninggalkannya saat dia berumur 2 tahun, dia tinggal bersama nenek dan kakeknya, rumahnya tidak terlalu jauh dengan rumah Tia.

    Pada suatu hari saat pertama kalinya Tia masuk sekolah, dia hanya sendiri tidak mempunyai teman satu pun, kebetulan anak-anak lain bersama orang tuanya, namun apa boleh buat orang tua Tia sedang pergi bekerja, jadi terpaksa mau tidak mau Tia harus berangkat sendiri. Beberapa lama kemudian ada seorang anak laki-laki yang menghampirinya dengan berkata “Hai Tia...apakah aku bisa berteman denganmu? Mengapa kamu hanya sendirian disini? Dimana orang tuamu?” Tia pun menjawab dengan rasa canggung “Hai, sebelumnya kamu siapa ya? Mengapa tiba-tiba menyapaku?

    Aku sendiri di sini karna aku tidak mempunyai teman, jika kamu mau berteman denganku ayo saja, orang tuaku sedang pergi bekerja, jadi aku pergi ke sekolah hanya sendiri” Tia sangat canggung, sementara anak laki-laki itu terkekeh karena melihat sikap Tia yang sangat canggung seakan akan tidak mengenalnya, wajar saja karena Tia memang tidak mengenal laki-laki itu, tapi setelah dipikir-pikir Tia mengingat pesan ibunya sewaktu malam, ibunya berpesan bahwa esok hari akan ada anak laki-laki yang menyapanya untuk menjadi teman baiknya dan ibunya mengatakan bahwa anak laki-laki itu bernama Nova. Tia akhirnya mengingatnya, dengan suara lantang Tia berkata kepada anak laki-laki itu “Oh...aku tau bukankah kamu Nova?” lalu Nova menjawab “Huhfttt akhirnya kau tau namaku tanpa aku memberi taunya dulu” Tia terkekeh saat Nova berkata seperti itu, lalu pada akhirnya mereka selalu bersama berdua. 

    Satu minggu telah berlalu untuk Tia beradaptasi dengan lingkungan barunya, kembali lagi pada hari senin dimana Tia dan teman laki-laki nya yang bernama Nova harus menjalankan tugasnya sebagai pelajar untuk pergi ke sekolah, mereka bertemu di sekolah dan belajar bersama-sama, tak terasa bel pulang pun berbunyi, mereka pun akhirnya harus kembali lagi ke rumah nya masing-masing dan berjumpa lagi esok hari, Tia berjalan kaki untuk keluar dari gerbang sekolahnya namun tiba-tiba ada yang memanggilnya dari belakang dengan suara yang sangat lantang “Tiaaaaaaa...tunggu akuu sebentarr” Tia kaget ketika mendengar suara itu, tanpa basa-basi dia langsung membalikan tubuhnya untuk mencari dimana suara itu berada, setelah dia menemukan keberadaan suara itu ternyata yang memanggilnya itu ialah si bocah laki-laki yang sangat teramat jail, dan sering kali mengganggunya, ya dia adalah Nova. “Ada apa lagi si?aku kan mau pulang” jawab Tia dengan rasa kesal “Aku mau pulang bareng kamu ya?soalnya aku tidak ada yang menjemput” jawab Nova dengan rasa tidak bersalah karena sudah membuat Tia kesal “Iya sudah jika kamu mau pulang bareng aku tinggal bilang saja daritadi lagi pula aku sering pulang sendiri kok, lain kali jangan berteriak seperti tadi ya karena rasanya sedikit menganggu telingaku” jawab Tia “Heheheh untuk itu aku minta maaf ya, janji deh aku gabakal kaya gitu lagi”. Mereka pun pulang bersama, lalu karena mereka masih memiliki uang jajan, mereka berinisiatif untuk menaiki becak saja, akhirnya mereka pulang dengan selamat menggunakan becak, dengan rasa senang mereka kembali ke rumahnya masing-masing.

    Tia kembali kerumahnya, sudah biasa jika dia kembali kerumah tidak ada siapa-siapa, karena orang tuanya setiap hari bekerja, dia merasa lapar lalu dia pergi ke dapur untuk mencari makanan yang bisa dia makan, dan di lemari es terdapat satu buah roti, dan dia pun memakannya, dia merasa sangat lelah karena mungkin di sekolah terlalu banyak aktivitas yang sangat menguras tenaga, dia pun merebahkan tubuhnya di kasur dan beberapa menit kemudian dia langsung terlelap. Pada sore hari dia terbangun, jam menunjukan pukul 15:00 dimana itu adalah waktunya ia untuk pergi mengaji, ia langsung bergegas ke kamar mandi dan membersihkan diri, setelah itu ia berganti pakaian terlebih dahulu, ia langsung mengambil tas nya, dan pergi mengaji di masjid yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Pukul 16:30 ia pulang mengaji, dan ia kembali pulang kerumahnya, seperti biasa saat ia kembali kerumah hanya ada keheningan di dalam rumah, karna memang tidak ada siapa-siapa dirumahnya.

    Waktu terus berlalu sampai malam pun tiba, orang tuanya pun baru pulang bekerja, ibunya membawa sebuah makanan untuk makan malam, namun karna ibu dan ayahnya sudah makan diluar, jadi hanya Tia yang harus makan sendirian. Tia pun memakan makanan itu sendiri, setelah makan ia langsung siap-siap untuk tidur karna jam menunjukkan pukul 20:00 dimana itu adalah waktu ia harus tidur dan beristirahat.

    Hari terus berlalu untuk Tia yang setiap harinya hanya dipenuhi dengan kesendirian, pada saat pembagian raport kenaikan kelas, Tia berangkat ke sekolah sendiri, pada saat di sekolah, dia kebingungan mengapa anak-anak yang lain diantar oleh orang tuanya, lalu Nova menghampiri Tia dan berkata “Tia, dimana orang tuamu?bukannya hari ini adalah pembagian raport kenaikan kelas?dan harus diambil oleh orang tuanya kan?lalu mengapa kamu hanya datang sendiri ke sekolah?” Tia sangat kaget saat Nova berkata seperti itu, karna dia lupa bahwa hari ini adalah hari pembagian raport kenaikan kelas, dan harusnya orang tuanya datang, namun apa boleh buat orang tuanya mungkin sudah pergi bekerja, mau tidak mau Tia harus mengambil raport nya sendiri, “Oh iya Nova aku lupa bahwa hari ini adalah pembagian raport kenaikan kelas, jadi aku tidak memberi tau orang tuaku, tidak apa-apa aku bisa mengambilnya sendiri kok, terimakasih Nova sudah mengingatkanku” jawab Tia. 

    Tia pun pulang dengan rasa kecewa karna dia harus mengambil raportnya sendiri, namun dia tidak memperdulikannya, karna yang penting dia bisa mendapatkan raportnya, dia pun mengerti orang tuanya sibuk bekerja karna itupun untuk dia, dan untuk memenuhi kebutuhan yang dia dan keluarganya perlukan.



Judul: "THE MYSTERIOUS CLASS"

Penulis: Putri Regina

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke: 1 (Oktober 2022)

      Hari Senin, 25 setempat 2013, hari pertama Jun dan David bertemu dengan Travis. Anak laki-laki yang sedang duduk sendirian menatap papan tulis di depannya. Hari itu adalah hari yang membuat pertemuan mereka menjadi seperti keluarga. Beberapa hari kemudian, Jun, David, dan Travis mulai mengenal beberapa teman sekelasnya, kebetulan mereka memang satu asrama. Edi, Rom, Lico, Uyo, Dami, Ciko, Mama, Yadi, Uba, adalah teman sekelas Jun, David, dan Travis. Mereka bersekolah di SMA Niagara dan duduk di kelas 12-D. 

    Romi adalah ketua kelas 12-D yang sangat pintar. Ia sangat rajin belajar. Romi adalah ketua kelas yang sangat tampan, wajahnya putih, hidungnya mancung, matanya sangat amat berbinar. Romi sangat aktif di kelasnya, sehingga teman-teman nya sangat takjub padanya. Romi selalu menjadi yang terbaik dikelasnya. Tetapi, Ia juga bersaing dengan Edi. Edi adalah anak yang pintar dan selalu mendapatkan peringkat pertama di kelasnya. Edi adalah anak yang sangat dingin dikelas. Akan tetapi Romi tidak menyerah.

    Setiap hari, Romi selalu menghabiskan waktu bersenang-senang dan bercanda-tawa dengan teman-temannya. Romi sangat dekat sekali dengan Travis. Travis lebih dekat dengan Romi daripada teman-teman yang lainnya. Bahkan, mereka hampir selalu menghabiskan waktu bersama setiap hari. 

    Di suatu hari, Romi dan teman-temannya dikejutkan oleh pemandangan di depan mata mereka. Mereka melihat Guru mereka tergeletak di lantai dekat tangga yang sedang mereka turuni. Kemudian, mereka menelpon ambulance. Keesokan harinya, Romi mendapatkan sebuah panggilan telepon dari Gurunya. Romi mendapatkan amanat untuk menjaga kelas hingga beberapa hari kedepan. Pada malam hari, 12 anak laki-laki itu tidak pulang ke asrama, melainkan mereka bermain disekolah. Dengan suasana malam yang gelap dan bercahaya kan bulan, juga ditambah dengan tiupan angin yang sedikit membuat suasana menyeramkan. Mereka melakukan permainan yang biasanya memang dilakukan untuk mencari hantu. Namun, permainan itu memang hanya permainan anak-anak saja.

    "Tak...Tuk...Tak...Tuk...Tak...Tuk…", suara detik jam dinding mengiringi suasana malam itu. Ketika Uyo dan Dami sedang membaca mantra sambil memandangi pensil yang sedang digunakan dalam permainan itu. "Sssttt…", tiba-tiba pensil itu bergerak dan membuat sebuah garis di atas kertas. Mereka tahu, jika pensil itu bergerak, maka tandanya hantu tersebut ada di lokasi itu. "Aaaaaaaaaaaaaa…..", mereka berteriak sambil berlari. Mereka meninggalkan ruangan itu, lalu kembali ke asrama masing-masing. 

    Pagi hari, mereka menceritakan kejadian semalam di dalam kelas. Di pagi hari yang diguyur oleh butiran-butiran air dan tiupan angin, mereka berkumpul. "Sepertinya di sekolah ini memang ada hantu", kata Uyo memulai percakapan. "Betulll tuh, betulll…", jawab David, Dami, Yedi. "Kamu sih tidak memberitahu ku bahwa itu menyeramkan", gerutu Yedi pada Ciko dan Lico. 

    "Sudah aku bilang, Yedi pasti akan mengomel..", Ledek Jun sambil tertawa. "Ishhh…", ucap Yedi kesal. "Sudahlah…, tidak usah dipermasalahkan lagi, kita semua merasakan seramnya kok",ucap Lico untuk melerai. Jam makan siang pun tiba. Mereka semua pergi ke kantin untuk memakan makan siangnya. Sambil makan, mereka saling bertukar cerita sambil tertawa. Pada saat mereka ingin mengembalikan tempat makannya, ternyata ada satu piring makan yang tidak disentuh sama sekali. 

    "Selalu seperti ini, tidak pernah dimakan bahkan tidak pernah disentuh", rasa sedih dan juga heran terucap dari bibir pegawai kantin. Romi yang berada di tempat itu menatap lama makanan itu dan memang merasa ada sedikit kejanggalan. Pada pukul 14:00 KST, David bertugas mengambil susu kotak milik kelas 12-D di koperasi. David sangat hafal dengan jumlah anak di kelas 12-D, yaitu 21 siswa. 

    "Ternyata kamu yang selama ini mengambil susu kotak lebih dari jumlah siswa kelas mu?!", Ucap seorang Guru membawa tongkat kayu. David terkejut, Ia tidak mengerti dengan apa yang barusan Guru itu katakan. "Ma...maksud Bapak apa?", tanya David heran. "Jumlah siswa kelas 12-D adalah 20 siswa, tapi kenapa kau mengambil 21 susu kotak?", tanya Guru itu. "Benarkah?..., Baiklah akan ku simpan lagi satu", ucap David tanpa berpikir lama. Guru itu pun pergi. Lalu, Travis datang menghampiri David. "Apakah ada masalah?", tanya Travis kepada David. "Ahh?...tidak...tidak ada apa-apa kok", ucap David sambil membawa susu kotak ke kelas. Travis mengikuti David pergi. 

    Sebelum membagikan susu kotak, mereka ditantang bermain sepak bola dengan kelas sebelah. Mereka menyanggupi tantangan itu. Namun, dari mereka yang berdua belas, hanya satu yang tidak bisa ikut bermain. Edi terlihat pergi sendirian. "Yaa…, Edi kamu mau kemana??", tanya Jun seraya berteriak. "Kalian sudah pas ber-sebelas, aku tidak dibutuhkan lagi", ucap Yedi sambil berbalik badan dan pergi. Edi memang anak yang paling dingin di kelas, tetapi hatinya lembut. Dia juga pintar. 

    "Haha…,kalian memang hebat dalam sepak bola. Tapi kalian curang, kalian hanya bermain 10 orang", ujar Doni pada Romi dan Uba. "Hahaha…, bisa saja. Tapi…., Kami bermain dengan 11 orang", ujar Uba pada Doni. "Benarkah...aku melihat kalian hanya 10 orang". "Sudahlah Don…,tidak usah ngotot, lagipula kita tetap kalah kan", ujar Dian pada Doni. Kemudian mereka kembali ke kelas masing-masing. 

    "Susu kotak ku mana?, apakah kalian melihatnya?...", tanya Mama sambil kebingungan mencari susu kotak nya. "David, apakah kau keliru mengambil susu kotaknya?", tanya Jun pada David. "Be... betulll… 

    Tapi tadi kata Guru, kelas kita hanya memiliki 20 siswa, maka dari itu aku hanya mengambil 20 susu kotak", ucap David menjelaskan sambil sedikit merasa bingung. "20 siswa? Kelas kita memiliki 21 siswa David", jelas Uyo. "Tapi, tadi ketika kita bermain bola, Doni bilang kelas kita hanya bermain 10 orang", ucap Uba menambahkan. "Benarkah? Semua nya ikut bermain kecuali Edi. Bahkan Ciko yang dingin sekalipun ikut bermain. Artinya pas dong kita ber-sebelas, karena hanya Edi yang tidak ikut bermain", jelas Uba. David segera mengecek data absen kelas 12-D. Ternyata benar, hanya ada 20 siswa. Artinya yang satu siswa adalah……. 

    Mereka menanyakan pada satu kelas, siapakah hantu itu?!. "Artinya, hantu itu hanya bisa dilihat oleh kelas kita", kata David sambil memikirkan siapakah hantu itu. Pada malam hari, Travis, Dami, Mama dan Uyo berkumpul. "Dukk…", suara Uyo melemparkan satu kotak es krim kacang merah. "Untuk apa es krim kacang merah ini?!", tanya Dami heran. "Es krim kacang merah ini untuk si hantu. Aku pernah mendengar bahwa hantu itu takut kacang merah, makanya aku membawa satu kotak es krim kacang merah ini". "Ouhhhhhhh... baiklah…", ucap Dami. 

    "Bolehkah aku memakannya??", tanya Travis pada Uyo. "Makanlah…", kata Uyo. Travis memakan es krim kacang merah itu dengan lahap. Lalu membuang kotaknya. "Aku tidur duluan ya teman-teman, sudah malam…", kata Mama pada teman-teman nya. "Baiklah…", jawab mereka. "Aku juga tidur duluan ya…", kata Travis pada teman-temannya. "Baiklah, silahkan…", jawab mereka. 

    Keesokan harinya, mereka mendiskusikan bagaimana caranya agar bisa mengetahui siapakah hantu di kelas mereka. "Apakah kalian ada ide untuk menemukan hantunya??", tanya Uyo pada teman-temannya. "Aku juga sedang memikirkannya", jawab Jun. "Ahaa💡, bagaimana kalau kita buat seperti rumah hantu saja?, tapi kita laksanakan nya di sekolah, terus.., yang menjadi hantunya kota, bagai?", David memberikan pendapat. "Nahhh….boleh juga tuh,..", seru Dami dan yang lainnya. "Juga kita bisa sambil bersenang-senang sambil mempersiapkan semuanya", seru Uba sambil tersenyum. 

    Setalah kelas selesai, semua berkumpul menyiapkan acara yang akan mereka lakukan pada malam harinya. Semua ikut berpartisipasi dalam acara itu. Acara itu juga atas izin pihak sekolah. 12 anak laki-laki itu menjadi peran dalam acara tersebut. Kecuali Romi uang menjaga antrian. 

    Acara malam itu berjalan lancar. Namun, ketika semua peran berkumpul, tiba-tiba mereka merasakan ada sebuah kejanggalan. Salah satu contohnya adanya cap tangan di kaca jendela lantai tiga sekolah. Dan cap tangan itu berada di luar area lantai tiga. Artinya tidak mungkin ada orang yang memanjat gedung sekolah itu dan menempelkan cap tangannya. 

    "Tak..tak...tak...tak..tak..tak..tak..", tiba-tiba cap tangan itu semakin bertambah. "Aaaaaaaaaaaaaa…..", mereka berteriak dan berlari mencari jalan keluarnya. Saat mereka berlari, "Dukkk…", tiba-tiba Yedi terjatuh dan pingsan. Yang berada di tempat itu hanyalah Travis, dan Travis adalah saksi mata yang melihat Yedi terjatuh. Yedi dilarikan ke rumah sakit dan dirawat untuk beberapa hari. 

    Keesokan harinya, mereka kembali mendiskusikan kenapa Yedi bisa terjatuh. Ditengah itu, Lico menyalakan musik pengusir hantu. Dari kejauhan, Edu mengawal mereka. Edu melihat Travis seperti sedang kesakitan mendengar lagu itu, lalu Edi mengambil sumber suara dan mematikannya. "Yaaa…., Kenapa kamu matikan?!", Sambar Jun dan Lico. "Sudahlah, percuma saja kalian menyalakan musik ini", tegas Edi. 

    "Aku pergi tidur duluan ya…, Aku sedikit lelah", ujar Travis. Ketika melihat Travis pergi, ada sesuatu yang yakin Edi benar tentang itu. Beberapa hari telah berlalu, dan hari itu pun tiba. Hari dimana misteri si hantu terbongkar. Guru kelas 12-D menatap lekat wajah si hantu. Si hantu di bentak dan di usir oleh gurunya. Si hantu tidak bisa melawan dan hanya bisa menunduk kan kepalanya. Semua orang tidak mengira dia hantunya, karna…. Dia sangatlah baik dan ramah. Sebagian besar kecewa, tapi sebagian juga merasa sedih dan kasihan. 

    Edi sudah mengetahui hal ini, hanya saja Edi belum tahu jelas kebenarannya. Hantu itu adalah "TRAVIS". Dia adalah siswa kelas 12-D yang meninggal 10 tahun lalu karena sakit. Travis tidak pernah merasakan serunya sekolah, karena Dia hanya bisa berbaring dan menghembuskan nafas di ranjang rumah sakit. Travis hanya rindu dengan sekolah yang belum Ia rasakan. 

    Beberapa hari berlalu. Travis sama sekali tidak menunjukkan dirinya. Selama kurang lebih dua Minggu, Travis tidak diketahui keberadaannya. Romi yang sangat dekat dengan Travis merasa kecewa. Ia membenci Travis. Walaupun kenangan kebersamaan Romi dengan Travis begitu indah, tapi semua sudah tertutupi oleh rasa kecewa dan marah. 

    Di sekolah, Romi mengumumkan bahwa dia akan melakukan pengusiran setan. "Aku akan melakukan pengusiran setan", tegas Romi. "Travis bukan roh jahat", jawab Lico. "Apa itu penting?", tanya Romi dengan tatapan tajam. "Apa kamu benar-benar harus melakukan itu?", tanya Edi. "Apa?, Jangan bilang kamu tidak setuju?!" "Kalau iya?" "Kalau begitu, kamu jangan ikut campur!", jelas Romi pada Edi. "Kalian semua setuju kan?", tanya Romi. Satu kelas tidak ada yang menjawab. 

    Pulang sekolah, Jun dan David menjenguk Yedi di rumah sakit. "Besok kami akan melakukan pemungutan suara, apakah Travis akan di usir atau akan diterima", jelas David. "Lalu, apakah yang membuatmu terluka adalah Travis?", tanya Jun. Yedi menggeleng. "Syukurlah", ucap Jun. Malam itu, Travis mengunjungi Yedi dirumah sakit. Tapi Yedi tidak mau melihat Travis. 

    Akhirnya Travis kembali pergi Akhirnya waktu pemungutan suara pun tiba. 9 orang setuju mengusir Travis, dan 9 orang tidak setuju mengusir Travis. Dan Ciki tidak mengangkat tangan. Dia hanya mengatakan "aku netral". "Haa… Jumlahnya sama, apa yang harus kita lakukan?", tanya Uyo kebingungan. "Kenapa kalian menentang nya?" "Travis tidak berbuat jahat kepada kita!" "Apa maksudmu? Kalau bukan gara-gara Travis kita tidak…." "Yedi….!", Jun memanggil Yedi dan perdebatan David dengan Romi pun terhenti. Yedi masuk lalu menuliskan bahwa dia tidak menyetujui pengusiran Travis. Berkat Yedi, jumlah yang tidak menyetujui pengusiran Travis lebih banyak daripada yang setuju mengusir Travis. 

    Malam itu pun tiba. Malam dimana Travis akan benar-benar diusir atau dipertahankan. Guru mereka membawa Nenek yang bisa menghilangkan Travis. Mereka dilarang melihat, tapi mereka nekat melihatnya. Nenek itu adalah nenek Lico. Nenek menyalakan lilin dan membaca mantra. Ketika nenek ingin memecahkan tempat disimpannya debu arwah Travis, tiba-tiba "Jangan!!" "Yedi…..", Yedi masuk kedalam ruangan. . "Travis…, Bukan roh jahat" "Heii Yedi, kamu sudah gila?, Jangan ikut campur!" "Travis…, Adalah teman kami", David lalu mengambil tempat yang dipegang Nenek. "Kalian tidak boleh mengusir nya seperti ini!" "Saya tidak peduli kalau Bapak menghukum saya. Karena Travis, lebih penting dari peringkat pertama saya", jelas Edi. "Kalian semua sudah gila, ya. Huh?! Sadarlah anak-anak! Dia hanya akan menyakiti kalian, paham?!" "Tidak. Sebenarnya kebalikannya" "Betul sekali, Travis sudah menjaga kami" "Karena itu, sekarang saatnya kami yang melindunginya". Travis kembali menampakkan diri. 

    "Travis, Maaf…", Romi menyesal. Suasana sunyi dan sangat hening. Semua terlihat tegang tapi juga bingung. Nenek pun berusaha mengambil tempat yang dipegang David tapi berusaha dihentikan oleh Lico. "Hentikan. Jangan lakukan itu, Nek!", Cegah Lico. Travis berjalan laku memeluk teman-temannya. "Pak guru, kami mohon. Kami ingin bersama dengan Travis" "Setidaknya sampai kami lulus. Saya mohon", pinta Jun dan Romi pada gurunya. 

    Akhirnya Travis diizinkan untuk sekolah bersama teman-temannya. Mereka melalui hari-harinya dengan penuh tawa. Travis menjadi teman sekaligus guru belajar untuk mereka. Waktu yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Waktu bagi mereka untuk lulus. Mereka berfoto bersama untuk terakhir kalinya. Akhirnya, Travjs berhasil menyelesaikan penyesalan selama hidupnya dan pergi ke Surga. Dia meninggalkan hadiah berupa kenangan masa sekolah yang tak terlupakan, Untuk Semuanya….. 


TAMAT…. 


Judul: Kaka Terhebat untuk Adek Tersayang

Penulis: Alaina Arif

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke: 1 (Oktober 2022)

Pada suatu hari hiduplah 1 keluarga yang harmonis, ada Piyan Kakanya, putri Adeknya, dan Ayahnya bernama regar Ibunya bernama Lika. 

Tepatnya pada hari Senin tanggal 28-08-2018 jam 20.00 terjadi kebakaran hebat di rumah mereka, saat putri dan kedua orang tuanya bergegas menyelamatkan diri dan minta pertolongan piyan yang tertinggal di kamar paling atas dan terdengar suara “uhuk, uhuk, uhuk, tolong aku ayah ibu siapapun disana”, hingga akhirnya kedua orang tuanya masuk kedalam rumah tersebut dan menyelamatkan piyan. Namun saat mereka masuk ada suatu lemari yang terbakar habis dan menimpa kedua orang tuanya , untung saja api sudah mulai padam sehingga orang orang bergegas masuk kedalam rumah itu untuk menolong piyan dan ayah ibunya, ketika para tetangganya mengecet denyut nadinya alhamdulillah masih ada, namun saat sampainya di rumah sakit nyawa kedua orang tua mereka tidak bisa di selamatkan. 

Tiba di mana hari pemakaman orang tua mereka, putri menangis tak henti, dan menyalahkan piyan bahwa piyan yang telah membuat kedua orang tuanya meninggal. Terlihat dari suasana hari itu yang penuh dengan tangisan di rumah duka tiba tiba putri berkata kepada piyan “ ini semua gara gara lo, lo udah bunuh orang tua gua” dan piyan terkejut ketika putri berkata seperti itu, namun piyan tetap sabar dan tabah mengahadapi kondisi saat itu. Setelah orang orang bubar dari rumah piyan, piyan menggetuk pintu kamar putri karna ingin berbicara dengan putri. 

Pembicaraan piyan dan putri: 

Piyan: Dek, yang sabar ya, disini masih ada kaka yang selalu ada buat kamu, jangan kamu merasa kesepian ya. 

Putri: Hah? Lu bilang gua harus sabar? Lu yang udah bunuh orang tua gua!!! 

Piyan: Kok kamu berbicara seperti ini?? 

Putri: Gua ngomong kaya gini fakta, andai ibu sama ayah waktu itu ga nekat nyelamatin lo pasti mereka masih ada disini. 

Piyan: Dek, maafin kaka, ini musibah dek kamu harus nerima semua ini. Putri: lo mending pergi dari kamar gua, gua enek liat muka lu. 

Piyan pun keluar dari kamar putri sambil sedikit kecewa melihat adiknya berkata sejahat itu. 

Pada malam hari Piyan menyiapkan makan untuk mereka makan bersama, namun saat pinyan memanggil adeknya kebawah untuk makan putri malah merespon piyan dengan kata pedasnya “ga sudi gua makan makanan pembunuh, gara gara lo ayah ibu mati” Piyan tetap dengan sabarnya mengantarkan makanan ke depan kamar Putri supaya Putri tidak sakit. Piyan pun mengechat Putri lewat whatsapp. 

Percakapan di whatsapp: 

Piyan: Jangan lupa di makan ya dek, nanti kamu sakit. 

Putri: Ya ok Dan piyan pun mengirim sebuah poto masa kecil mereka dan poto poto lucu mereka sebelum kejadian kebakaran itu. 

Piyan: Ini poto kita waktu kecil, mama fotoin kita, lucu kan? 

Putri: Lucu, tapi yang bikin ga lucu ada lo 

Piyan: Adek? Namun Piyan tidak menyerah untuk membuat hati adiknya kembali menyayanginya: 

Piyan: kamu inget foto ini?, dimana senyum kamu ga palsu, kamu bahagia banget. 

Putri: Jelas, tapi lebih bahagia lagi kalo lo yang mati nyusul ayah ibu Piyan pun terdiam mendengar adiknya berbicara seperti itu, namun Piyan terus bersabar. Pada suatu malam Putri menangis sesegukan dan Piyan pun menghampiri kamar Putri. 

Percakapan mereka di kamar: 

Piyan: Adek, ngapain nangis malem malem?, kangen ayah ibu? gara gara kaka? 

Putri: jelas Piyan: maafin kaka ya dek, seharusnya ayah ihu dulu ga selamatin kaka, biar abang yang mati aja. 

Putri: Ya Dan ternyata dibalik Piyan yang sabar Piyan juga bisa rapuh ketika dia tau, kalo penyakit kanker dia sudah masuk ke stadium 4, dan perkiraan dokter waktu Piyah hidup tinggal 2bulan lagi. Dan dokter menyarankan Piyan untuk melakukan kegiatan kegiatan yang membuat dia senang, dan bagi Piyan kesenangan dia adalah membuat adeknya sayang kembali kepada Piyan, dan Piyan pun terus berusaha agar Putri bisa menganggap lagi Piyan sebagai kakaknya. 

Dan pada suatu hari Putri pun mulai merasa kalau perlakuan dia terhadap kakanya itu sudah jahat, dan Putri pun mulai mendekatkan dirinya kepada kakanya kembali, kebetulan sekali Piyan mengajak Putri ketaman, dan Putri pun mulai menerima kakanya kembali. 

Kebahagian mereka saat di taman:


Setelah pulang dari taman tersebut Putri merasa bahwa dia sangat sayang kepada kakaknya, dan Putri tiba tiba berbicara kepada kakaknya “ kaka lo ga bakal ninggalin gua kan” dan Piyan pun menjawab “iya kaka gabakalan ninggalin kamu, kaka bakal selalu ada di hati kamu”

Namun waktu Piyan di dunia ini hanya 2minggu lagi, Piyan pun berdoa kepada Tuhan untuk memberikan umur yang panjang kepada Piyan, namun ternyata penyakit Piyan semakin parah, dan pada suatu hari Piyan pun jatuh sakit, namun karna Piyan tidak ingin merepotkan adiknya dia berbicara kepada adiknya bahwa dia akan pergi ke rumah temannya, dan Putri pun percaya, namun sudah 5minggu Piyan tidak pulang, dan putri pun khawatir, dan pada malam hari ada seorang dokter yang mendatangi rumah piyan untuk berbicara kepada putri bahwa kakaknya sudah tidak ada dan dokter itu mengasih surat yang di titipkan Piyan untuk putri, dan putri pun syok mendengar itu, putri berbicara “pasti ini prank kan? Kaka gua masih ada kan? Dimana kakak gua? Tetapi dokter itu meyakinkan bahwa memang kakaknya Piyan sudah tidak ada meyakinkan lewat surah yang di tulis kakaknya untuk Putri.


Setelah Putri membaca pesan tersebut Putri pun tersadar bahwa kakanya lah yang selama ini selalu sabar menghadapin segala sikapnya, dan kakanya lah yang sanggup membahagiakan dia ketika ayah ibunya sudah pergi untuk selamanya.

Dan dari sini kita sadar bahwan jangan menyianyikan orang yang sayang terhadapat kita, karna sebuah penyesalan hanya ada di akhir, ketika kita sudah menyesal kita hanya bisa merenungi kesalahan kita, dan jika sudah kehilangan baru kita sadar bahwa orang itu sangat berharga di hidup kita.

Selesai...


Judul: Sahabat Sejatiku

Penulis: Nadin Nur Haliza

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke: 1 (Oktober 2022)

Di siang hari yang cerah di bawah terik matahari, ada dua orang gadis kecil yang sedang berjalan menuju rumah kita masing-masing setelah pulang sekolah. CALLISTA ADEEVA SYAKILA yang memiliki paras yang cantik dengan rambut yang terurai rapi dan dilengkapi hiasan dan jepitan indah di rambutnya. Dia memiliki sahabat yang bernama RAHMA NADYA yang memiliki paras yang cantik juga dengan rambut nya yang diikat dengan ikatan rambut yang berbentuk pita non indah terpasang di rambutnya. Mereka masih berumur 8 tahun dan masih bersekolah kelas 3 SD.

Aku dan Nadya sudah bersahabat dari kecil, dan kebetulan kami memiliki rumah yang dekat. Jadi jika kami ingin bermain atau bertemu kita tinggal hanya berjalan ke rumah. Dankedua dari orang tua kita pun mengetahui dan disetujui dengan senang hati kami selalu terus bersama-sama di sekolah maupun di rumah hingga kami sudah seperti saudara saja karena memang kita sangat dekat.

Dan sekarang kami pun sudah mulai beranjak ke remaja dan menginjak sekolah SMP. Aku dan Nadya pun sekolah di SMP yang sama dan untungnya kami berada satu kelas. jadi kita dapat selalu bersama-sama, di dalam kelas maupun di luar kelas. 

Matahari pun terbit, tanda kalau ini sudah pagi. Aku pun bersiap-siap lalu aku sarapan dulu bersama kalau orang tua sebelum berangkat ke sekolah. Setelah sarapan aku pun berkaitan kepada ayah dan bunda. "Bunn....ayah....Aku pamit dulu yaa....Mau berangkat sekolah!!!....Assalamualaikum!!".Ucap Callista sambil menyalami ayah dan bundanya. "Waalaikumsalam, hati-hati nak...". Ucap bunda kepada Callista dan dibalas "Iyaa" oleh Callista.

Aku pun pergi menyebut Nadya untuk berangkat ke sekolah bersama. dan akhirnya kami pun sampai di sekolah lalu mengikuti pembelajaran di kelas. telepon berbunyi tanda waktu istirahat, aku dan Nadya pun pergi ke kantin menikmati makanan kita sambil berbincang-bincang. Tak terasa belum masuk pun berbunyi dan kami pun melanjutkan pembelajarannya. Setelah pembelajaran selesai kami pun bergegas untuk pulang ke rumah. 

"Tak terasa minggu depan adalah ujian akhir semester, sebentar lagi kita akan naik kelas". Ucap Nadya. "Iya agak kerasa banget yaa, semoga nanti kita sekelas lagi". Ucapku penuh harap."Iyaa aamiin semoga aja". Kita terus berjalan dan ngobrol hingga kita pun sampai ke rumah kita masing-masing.

Kami pun menjalani ujian Akhir Semester dengan baik, dan besok adalah pembagian raport. Dan kita pun naik ke Kelas 8. setelah kelulusan naik kelas kita diberi jeda belajar selama 2 minggu dan kita menghabiskan waktu itu bersama.

Selama jeda belajar dua minggu kita habiskan berdua dengan bermain belanja dan nongkrong di cafe. Kami menikmati sudah belajar selama dua minggu itu dengan senang, yaa itung-itung kita rehat dulu sejenak selama libur dua minggu kita tidak belajar.

Tak terasa kami pun sudah masuk sekolah dan kini sudah menginjak kelas 8, dan aku pun mulai mengikuti pembelajaran lagi di sekolah. Kita pun tetap semangat bersekolah yang setiap harinya kita lalui bersama.

Tiba-tiba ada masalah kecil menimpaku dan Nadya. semua itu karena kesalahpahaman antara aku dan Nadya, yang menjadikanpersahabatanku juga agak renggang. Dan kami pun menjadi canggung ketika bertemu ataupun hanya berpapasan. Aku dan Nadya karena melihat aku sedang dekat dengan temanku yang lain. Padahal aku dan dia dekat hanya karena ada tugas kelompok saja. "Hai Nadya" . Ucapku menyapanya. "Halocallista".  Ucapku Nadya. "Bahkan kami terlihat sangat canggung  dan terlihat seperti baru kenal saja, padahal kami sudah bersahabat sejak kecil". Ucapku di dalam hati. Lalu aku pun memulai pembicaraan setelah kami hanya diam mematung saja. "Hmmm Kenapayaa,akhir-akhir ini aku merasa persahabatan kita menjadi agak jauh dan kita terlihat sangat canggung?". Tanyaku kepada Nadya. " Kan kamu udah punya temenbaru". Ucap Nadya ketus padaku. " Eeeh kamu salah paham Nad, aku sama dia bertemu hanya untuk mengerjakan tugas kelompokku saja". Ucapku Callista berusaha menjelaskannya. " Benerann Callista?! Kalau begitu maaf yaa aku udah salah faham sama kamu". Kata Nadya meminta maaf pada Callista. "Iyaa gapapa kok....


Oke kalau begitu kita balikan yuukk....Deall?!! "Tanyaku sambil menyodorkan tanganku untuk bersalaman. "Deall!!!".Ucap Nadya sambil bersalaman denganku. Lalu kami pun berpelukan dan kami pun damai sehingga persahabatan kita menjadi seperti dulu lagi. Setelah pembelajaran selesai aku dan Nadya bergegas untuk pulang ke rumah bareng.

Setelah aku sampai di rumah, lalu aku pun berpikir dan berkata " Ternyata cemburu bukan hanya sekedar untuk seorang pacar, tapi kepada sahabat pun bisa cemburu ". Ucapku sambil tertawa kecil lalu aku pun tertidur.

Tak terasa kini kami sudah menginjak kelas 1 SMA dan kami pun masih satu sekolah. hingga sekarang kami masih bersama-sama dari kelas 3 SD. Kami tidak pernah berpisah, kemanapun kita pergi akan selalu tetap bersama. Aku dan Nadya pun menyadari bahwa kita tidak akan pernah terpisah dan akan selalu bersahabat. Aku dan Nadya pun berdoa "semoga ketika nanti kita sudah sukses kita masih bersahabat dan masih bersama-sama ". Doaku dan Nadya bersama. " Aamiin ". Ucapku dan Nadya mengaminkan.

Inilah persahabatan meraka yang sejati dan abadi.



- Tamatt-


Ini hasil karangan aku sendiri yaa!! Maaf bila ada kesalahan kata ataupun penulisan. Saya menerima kritikan dari guru pembimbing maupun dari teman-teman.


Judul: Kebiasaan Sehari-hariku Adalah Ketakutanku

Penulis: Hera

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke: 1 (Oktober 2022)

"Tidak usah seperti itu, jalan hidup manusia memang seperti ini, pasti akan ada yang namanya masalah, tapi kamu tau? Dibalik masalah itu pasti ada kebahagiaan yang menanti" ucapku kepada temanku yang sedang bercerita tentang masalahnya kepadaku

"Kamu hanya perlu menunggu waktu itu tiba, mungkin waktu itu datangnya akan lama, tetapi percayalah kepadaku waktu itu akan datang kepadamu tidak lama lagi. Percayalah kepadaku dan bersabarlah" aku berdiri dan menepuk nepuk pundak temanku sambil tersenyum

Namaku Aera, Aera Azagella Irene Piara, panggil aku Aera, tetapi orang rumah biasa memanggilku Irene. Umurku 14 tahun, bukan depan tanggal 23 November umurku akan resmi menjadi 15 tahun. Aku seorang siswi menengah kelas 9.

Hidupku tidak ada bedanya dengan yang lain, hanya saja aku mempunyai rahasia yang tidak boleh  satu orang pun yang tahu, termasuk keluarga dan teman dekatku, mereka tidak boleh mengetahuinya

Aku mempunyai seorang kakak perempuan yang berbeda 6 tahun denganku. Meskipun aku dan kakak ku berbeda beberapa tahun, tetapi tinggi ku dan kakak ku hanya berbeda beberapa cm, mungkin 2 cm (?) Ya, kurang lebih seperti itu, banyangkan saya sendiri

Nadya Lauren Kirana , nama kakak perempuan ku adalah Nadya Lauren Kirana. Aku memanggilnya kadya (ka nadya) aku pikir namanya terlalu simple, jadi aku singkat saja namanya menjadi kadya. Kadya bekerja di salah satu restoran sebagai kasir. Terkadang orang-orang menganggap aku dan kadya adalah anak kembar, mereka bilang mukaku dan kadya itu mirip, belum lagi ditambah tinggi badanku dan kadya tidak jauh berbeda. Hal itu menambah kesan kemiripan ku dan kadya semakin kuat jika itu anak kembar.

Kalo boleh jujur, aku tidak terlalu suka kepadanya, aku berpikir bahwa dia selalu mengambil apa yang seharusnya menjadi hak ku, aku selalu dibandingkan dengannya, padahal menurutku aku lebih unggul darinya, maaf, bukan magsud ku membanggakan diri, tetapi itu opiniku, aku lebih unggul darinya. Aku mengikuti lomba cerdas cermat dan memenangkan juara ke-2, aku mempunyai 2 piala, aku mempunyai 3 mendali dan aku mempunyai 1 sertifikat penghargaan, tetapi dia tidak mempunyai semua itu, tapi tidak ada gunanya, yang mereka banggakan tetap kakakku bukan aku. Sudahlah aku tidak mau membahasnya.

Aku berjalan ke koprasi sekolah untuk membeli roti agar aku bisa meminum obat, ya, aku sedang sakit, meskipun hanya demam tetapi itu tetap sakit kan? Sudah 3 hari ini aku demam dan orang di rumah tidak ada 1 orang pun yang mengetahuinya, entahlah, terlalu malas memberitahu nya, respon mereka akan santai dan bilang "Besok juga sembuh" aku yakin. Aku saja membeli obat ini dengan uangku sendiri, Tidak apa-apa aku sudah terbiasa dengan semua ini

Waktu terus berjalan dan bel sekolah pun berbunyi. Sama seperti kelas pada umumnya, sebelum pulang kami berdoa agar tidak ada kejadian yang tidak di inginkan saat pulang. Aku menunggu temanku yang sedang mengerjakan sesuatu dikelasnya, oh ayolah, bel sudah berbunyi mengapa kelas ini lama sekali bubarnya? Jika saja aku tidak naik jemputan sudah ku pastikan aku sudah meninggalkannya. Maafkan aku, aku hanya tidak suka jika menunggu lama, belum lagi aku sedang demam, ingin menangis saja rasanya. 

Akhirnya aku tiba di rumah ku, rumah yang sepi, tidak ada cahaya, dan tidak ada seorangpun di rumah ini. Bagus aku sendirian lagi, tidak apa-apa aku sudah terbiasa.

Kali ini aku tidak kuat lagi, kepalaku pusing, badanku panas. Oh tidak! Aku benar-benar lemas, aku menangis di sopa rumahku, seperti inikah ditinggalkan saat sakit? Seperti inikah rasanya mengurus diri sendiri saat sakit? Ada begitu banyak pertanyaan di kepalaku. Aku mencoba untuk tidur agar pusing dan demam ini hilang, tetapi aku selalu terbangun, aku menangis lagi, aku berharap ada keajaiban yang datang kepadaku, aku berharap ada telfon masuk dari ayah atau ibuku dan bertanya "Apa kamu baik baik saja?" Tapi aku berharap apa? Mereka tidak akan perduli kepadaku, tapi ayolah. Kali ini aku benar-benar membutuhkan mereka, aku mohon...

Aku menangis semakin jadi, tidak ada seorang pun yang datang, ku pejamkan mataku dan berharap sakit ini akan hilang saat aku bangun, karna hanya itu harapan terakhir ku.

Aku terbangun karena ada telapak tangan menempel di dahiku. Aku membuka mataku, aku menemukan ada kakak ku di depan ku. Detik itu juga aku menangis dihadapan nya, kadya menatapku dengan mata yang mengeluarkan cairan bening dari matanya, lihatlah dia menangis

Tuhan... bagaimana aku bisa membencinya? Bagaimana aku bisa membencinya jika dia saja seperti ini? Kadya bertanya kepadaku dengan suara khas orang yang sedang menangis

"Mana yang sakit? Apa yang sakit?" Katanya

"Kepalaku pusing, kepalaku sakit, sakit sekali" ucapku

Aku tidak berbohong, aku serius. Kepalaku sakit, sakit sekali. Apa yang bisa dilakukan kadya? Dia hanya menangis dan memeluk ku, ini pertama kalinya dia melihat aku menangis setelah beberapa tahun yang lalu

Ayah sudah pulang dari kerjanya, ibuku? Hahaha dia pulang 2 Minggu sekali. Ayah berjalan kearah ku dan berbicara

"De, periksa ke dokter saja ya?" Kata ayahku

Biasanya akan aku tolak mentah-mentah, tapi sekarang aku anggukan kepalaku tanda aku mau diperiksa ke dokter. Ayah menelfon seseorang, entahlah mungkin itu ibuku? Tak lama kemudian ayah bilang kepadaku ingin menjemput dulu ibuku, benar dugaan ku, yang ayah telfon tadi ibu! Setengah jam aku menunggu ibu dan ayah ku kembali. Air mataku kembali turun ketika ibu mendekatiku. Tangis ku pecah ketika dia bertanya "Mana yang sakit, hm?" Ini pertama kalinya ibu bertanya kabar ku, salah! Bukan kabar, aku tidak tahu harus disebut apa pertanyaan itu. Tangis ku belum berhenti ketika aku di dalam mobil, ayah menyetir, ibu dan aku di belakang. Akhirnya...akhirnya setelah beberapa tahun yang lalu ibuku memelukku lagi, dia memelukku, dia mengusap rambutku, dia mengusap air mataku. Bisakah aku menghentikan waktu? Bisakah aku meminta malam ini yang tidak ada siangnya? Aku ingin lebih lama merasakan pelukan ini, aku merindukan pelukan ini, beberapa tahun yang lalu, yang mendapatkan pelukan ini hanya kadya, jadi salahkah jika aku meminta waktu lebih lama? 

Aku menunggu di ruang tunggu klinik itu, hingga namaku dipanggil, aku masuk kedalam dengan ibuku. Oh tidak! Dokter nya tampan, lucu, kulitnya putih, badan nya sedikit berisi. Aku duduk di kursi berhadapan dengan dokter itu

"Baik Bu ada keluhan apa?" Tanya dokter itu

"Ini dok anak saya demam, pusing dan mual" ucap ibuku

"Sudah berapa hari Bu demamnya?" Tanya dokter itu kepada ibuku

Aneh bukan? Harusnya dokter itu bertanya kepadaku, bukan ibuku, dia tidak tahu apa apa tentang diriku. Aku isyaratkan lewat jariku bahwa aku demam sudah 3 hari

"3 hari dok" ucap ibuku

"Baik adek, ayo diperiksa dulu" ucap dokter itu padaku

Aku berbaring di brankar yang ada di sana. Tak butuh waktu lama aku bangun lagi dan kembali duduk bersama ibuku

"Jadi gini Bu, ada 3 kemungkinan adek Aera ini bisa sakit biasa atau terkena virus biasa, atau tipes, bisa jadi demam berdarah" ucap dokter itu

What? What did this doctor say? Tipes? Demam berdarah? Impossible.

Aku hanya terkena virus biasa saja kan? Oh ayolah tidak mungkin

Aku menunggu dilantai 2, dokter itu bilang aku harus cek darah untuk mengetahui hasilnya. Tunggu dulu, cek darah? Di suntik dong? Yang benar saja, aku ini takut dengan jarum suntik, dan sekarang aku disuruh cek darah? Apa maksudnya?

Seorang suster mendatangi ku dan bertanya kepadaku

"Iya, ada apa?" Ucap dokter itu

Ibuku menjelaskan ke dokter itu. Ibuku menjelaskan apa tujuan aku dan dia ada di lantai 2 ini, dokter itu mengangguk anggukan kepala tanda dia mengerti. Dokter itu mengeluarkan kotak, kotak itu isinya hanya jarum, kalian tahu? Aku sudah ingin menangis ketika kapas menyentuh kulitku

"Baik adek, tarik nafas"

Suster itu mulai menyuntikan jarum itu ke lengan ku, kalian harus tahu. Dokter itu menarik lalu menyuntikan kembali jarum itu ke lengan ku sebanyak 3 kali, aku sudah menangis, lalu dengan seenaknya suster itu bilang

"Kita coba sebelah kiri ya de" ucapnya dengan tenang

Aku kembali menangis ketika jarum itu lagi dan lagi menusuk kulit ku, sungguh, kalian bisa memanggilku cengeng atau apapun. Apa ini? Jarum itu kembali di tarik dan dimasukan ke tangan kiriku lagi, suster itu melakukannya sebanyak 3 kali

Apa yang sebenarnya suster itu lakukan? Mengapa dia terus menerus menyuntikan seperti itu?

Aku bernafas lega ketika aku mengira sesi suntik menyuntik ini sudah selesa. Ternyata aku salah, dokter itu lagi dan lagi menyuntikan jarum di jari tengah ku

Aku pulang dari klinik itu. Ibu dan ayah ku kembali ke klinik itu untuk mengambil hasilnya. Butuh beberapa menit untuk orang tuaku kembali. Setelah sekian lama aku menunggu akhirnya orang tua ku kembali, aku penasaran, aku sakit apa sebenarnya? Aku memberanikan diri untuk bertanya

"Gimana? Irene sakit apa?" Tanyaku

Ibuku tidak menjawab, dia malah mendekat kepadaku dan mengusap rambutku, lalu berkata

"Irene, kamu harus banyak minum air putih, kamu kurang minum air putih" ucap ibuku, aku merasa aneh, mengapa ibuku mengalihkan pembicaraan?

"Aku sakit apa?" Ulang ku

"Tipes" jawab ibuku

Aku tidak menjawab, oke, aku bisa menerima penyakit ini ada di dalam tubuhku, tapi apakah penyakit ini parah?

"Jika Senin Irene tidak sembuh, Irene akan di bawa ke rumah sakit" ucapnya

Demi apa? Separah itukah penyakit ini? Kenapa harus di bawa ke rumah sakit? Aku masih diam, aku belum menjawab, aku tidak ingin menjawab, aku tidak ingin membahasnya

Kondisi ku tidak berubah, 4 hari aku benar-benar berbaring di kasurku, ibuku menekan ku untuk cepat sembuh, dia terlalu menekan ku, aku juga ingin cepat sembuh tapi aku bisa apa? 4 hari ini juga aku sering menangis, bahkan ketika aku sakit pun ibuku tetap mementingkan nya, kalian tahu kan siapa magsud ku? Aku tidak benar-benar dirawat olehnya, aku benar-benar ingin sembuh

Tidak ada lagi pelukan, tidak ada lagi elusan rambut, aku kembali sendirian, aku kembali menangis sendiri, aku menguatkan diriku dengan kata-kata yang selalu aku ucapkan "Tidak apa apa, aku sudah terbiasa dengan semua ini"

Hari ini ibuku harus kembali bekerja, padahal kondisi ku belum membaik. Demam ku masih naik turun, kepalaku masih sakit, tak bisakah dia tetap dirumah lebih lama? Aku tahu dia harus bekerja, aku mengerti dia harus bekerja, tapi kumohon aku sedang membutuhkan seorang ibu sekarang, aku tidak mau sendirian lagi, aku tidak mau. Apakah aku anak kandung dari keluarga ini? Jika iya, mengapa semua kasih sayang di keluarga ini selalu di berikan ke kadya? Tak bisakah aku mendapatkan nya? Walau hanya sendiri, tidak bisakah?

Dan terjadi lagi, aku sendirian di rumah ini, ayahku kerja, ibuku kerja, bahkan kadya pergi bekerja, mengapa mereka tega sekali? Apakah aku benar-benar bukan anak kandung dari keluarga ini?

Hari ini, walaupun sedang sakit, aku memandikan diriku dengan air dingin, persetan dengan demam, aku sudah tidak perduli, sudah mandi aku makan agar bisa meminum obat. Aku makan di ruang makan sendirian, hanya suara piring dan alat yang aku gunakan untuk makan yang terdengar, tiba-tiba aku teringat dengan ibuku, aku kembali menangis lagi dan lagi, aku menangis lagi memikirkan ibuku, aku tidak membencinya, aku bukan membencinya, aku hanya membutuhkannya. Meskipun aku terlihat tidak perduli, tapi ayolah aku hanya seorang anak 14 tahun yang membutuhkan kasih sayang seorang ibu, percayalah, makan sambil nangis itu tidak enak.

1 hal yang pasti, akan kupastikan suatu hari nanti anakku tidak akan menerima perlakuan sama seperti kehidupan ku ini

Aku teringat dengan tugas sekolah ku yang harus aku kerjakan, membuat cerpen, apakah boleh jika kutuliskan cerita hidupku yang...apa ya? Harus kusebut apa hidup ku ini?

Sudah kuputuskan, aku mengerjakan tugas sekolah ku dengan kisah nyata ku, aku hanya bisa berharap guruku bisa menerima tugasku ini.

Terimakasih.






Judul: Diri

Penulis: Marlina Shintia

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke: 2 (November 2022)

Diri

Hai diri

Kamu pasti lelah

Kamu pasti cape

Kamu pasti muak

Dengan kegilaan semesta dan isinya


Tetapi diri

Kita harus tetap menggapai bunga diatas gunung itu

Untuk mereka semua yang menginginkannya


Diri

Aku tau kamu lelah

Lelah dengan semesta yang selalu meminta kebenaran

Dan kamu yang selalu disalahkan


Diri

Aku tau kamu cape

Cape dengan semua sikap isi semesta ini

Oleh pisau-pisau yang mereka tancapkan kepadamu


Diri

Aku tau kamu muak

Muak dengan mulut-mulut mereka yang selalu mengatakan seenaknya

Muak dengan sikap mereka yang seolah olah merekalah yang paling benar


Namun diri, tenang saja

Semuanya akan berakhir baik-baik saja

Layaknya roda yang terus berputar jika dijalankan

Sama seperti semesta

Hujan akan turun dengan derasnya

Namun akan terhenti ketika tuhan telah berkehendak

Dan melahirkan pelangi yang begitu indah


Judul: Fun Way to Learn

Penulis: Putri Regina

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke: 2 (November 2022)

Seperti yang kita ketahui, kita adalah seorang pelajar. Setiap hari kita selalu bergelut dalam dunia pembelajaran. Beberapa orang menganggap belajar itu susah namun menyenangkan, apakah benar??. Untuk mengetahui selengkapnya, mari kita bahas pada paragraf selanjutnya.

"Belajar" itulah yang kami lakukan setiap saat sebagai seorang pelajar. "Belajar" adalah perubahan yang relatif permanen dalam potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. "Belajar" merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.

Teman-teman, pernahkah kalian merasakan bahwa Belajar itu membosankan??. Tentu kita sebagai Pelajar pernah mengalami situasi seperti itu. Namun, apakah teman-teman semua tahu bagaimana cara membuat Belajar menjadi menyenangkan??. Maka dari itu, yukk simak penjelasan di bawah ini.

Sebagai seorang pelajar, kita juga mempunyai batas kemampuan untuk berpikir. Setiap hari seorang pelajar berhadapan dengan pembelajaran dan berhadapan dengan hal-hal yang baru. Ketika batas berpikir kita sudah tidak bisa terkontrol, kita akan merasa lelah bahkan marah.

Kita akan merasa stress bila terus-menerus menggeluti dunia belajar. Ketika stress menyerang otak kita, kita akan merasa tertekan dan disitulah kita merasa putus asa.

Tugas yang banyak, membuat kita sulit untuk membagi waktu untuk istirahat dan mengerjakan nya. Terkadang, jika deadline tugasnya sangat cepat, kita akan mengerjakan nya dengan serius bahkan hingga lupa makan dan minum. Setelah tugas selesai, kita pasti akan merasa senang dan lega karna sudah tidak ada lagi yang dikerjakan. Namun, seorang pelajar pastinya setiap hari akan menghadapi tumpukan tugas. Tapi, ada cara yang menyenangkan lho teman-teman untuk belajar. Simak penjelasan nya berikut ini.

Agar belajar terasa menyenangkan, kita bisa melakukan hal-hal yang kita sukai terlebih dahulu. Ketika stress dengan tumpukan tugas, kita dapat melakukan aktivitas yang dapat menghilangkan rasa penat nya. Contohnya seperti melakukan hobi kita sebelum atau sesudah belajar, menonton televisi sebentar untuk menghilangkan stress, atau kalian juga bisa menghilangkan stress dengan cara tidur. Namun, tidur nya pun pastinya ada batasnya ya teman-teman, 1 sampai 2 jam tertidur mungkin itu dapat menghilangkan stress dan membuat badan segar kembali untuk melanjutkan mengerjakan tugas.

Agar kalian sehat dalam menghadapi tugas, kalian juga bisa mengkonsumsi makanan-makanan yang lain banyak vitamin, mineral, protein, juga kalsium. Memakan sayuran adalah
salahsatunya. Misalnya Wortel, manfaat sehat wortel didapat dari kandungan beragam nutrisi yang ada didalamnya, salah satunya beta-karoten yang berperan sebagai antioksidan. Selain itu, ada sederet nutrisi lain yang terkandung dalam wortel, seperti serat, vitamin K, Kalium, vitamin C, folat, fosfor, protein, dan Kalsium.

Jika kita malah untuk memakan wortel sebagai sayur, kita dapat menjadikan wortel sebagai minuman. Jus Wortel adalah pilihannya. Untuk itu, yuk kota simak resepnya. 

Resep dan cara membuat jus Wortel
Bahan:
2 buah Wortel
1 sdm gula pasir/madu, pilih sesuai selera
Air
Es batu ( jika ingin dingin bisa ditambahkan sedikit es batu )

Cara membuat:
1. Kupas wortel untuk menghindari endapan kotoran dalam jus,
lalu cuci dan iris tipis.
2. Masukan irisan wortel, gula pasir/madu, air, dan es batu
kedalam blender. Campur hingga halus.
3. Saring jus dengan menggunakan saringan. Jus Wortel dingin
siap dinikmati

Selain memakan atau meminum sayuran, kita juga dapat meminum susu untuk membuat badan menjadi sehat dan terasa segar. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena didalam susu segar mengandung berbagai zat makanan lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin. Secara kimiawi susu normal mempunyai komposisi air (87,20%), lemak (3,70%), protein (3,50%), laktosa (4,90%), dan mineral (0,07%).

Cara tersebut sangat efektif untuk membuat kita merasa menyenangkan dalam mengerjakan tugas. Beberapa orang menyebutkan bahwa cara tersebut merupakan cara yang mudah menghilangkan stress. Dengan cara itu pula, kita akan berkata Everything Will be fun when we think it's easy and fun, even though it's actually difficult.

Semoga apa yang saya berikan di atas mengenai cara menyenangkan dalam belajar bisa membuat temen-teman semua menjadi rajin dan giat belajar. Karna jika kita membuat belajar menjadi menyenangkan, semuanya akan terasa sangat mudah dan indah.

And thank you for everything, I hope the above information can help all of you when you are feeling stressed facing a pile of tasks.
See you in the next discussion, thankyou.


Judul: Mati Rasa

Penulis: Alaina Arif

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke: 2 (November 2022)




Judul: Sahabat Sejatiku

Penulis: Nadin Nur Haliza

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke: 2 (November 2022)





Judul: Tulisan Sastra

Penulis: Herawati

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke: 2 (November 2022)

"Sahara, hidup itu perihal menyambut dan kehilangan. Kamu tahu lagu sampai jumpa-nya Endank Soekamti, kan? Ya kira kira begitulah. Tapi kamu tahu alasan kenapa manusia punya perasaan? Sebab itu adalah satu satunya cara untuk mengingat dengan kesan yang tak habis habis. Jadi jangan terlalu sedih jika menemukan kehilangan kehilangan lainya. Sedihnya seperlunya, lalu ingat bahwa sebenarnya kamu tidak benar benar kehilangan. Sesuatu itu abadi dalam kenang yang kamu bawa dalam perasaanmu. Sampai sini paham, kan?" Ucap sastra hari itu

Tak hanya mencintai keluarganya, sastra juga mencintai Sahara. Menggelar pertunjukan solo sebagai pianis, disaksikan oleh keluarga dan Sahara pernah menjadi mimpi terbesarnya

Impian adalah rangkaian tangga nada. Keluarganya adalah garis paranada. Sementara Sahara memenuhinya dengan jajaran not balok. Hidup Sastra adalah sebuah lagu

"Sastra, kamu lupa tentang satu hal, semakin singkat suatu cerita. Semakin dalam luka yang terkoreh.

Kehilangan memang akan terus terjadi. Tapi kalau boleh aku memilih, aku belum siap kehilangan kamu." Ucap Sahara

"Sahara, betapa lama manusia mampu bertahan seorang diri dalam kegelapan?"

"Sastra, berapa lama manusia mampu melulakan luka berjejak tanpa suara?

Dirundung perih menyiksa, dihantam pilu yang menderu, saingatku, semalam aku menangis tanpa suara, hanya untuk mengenang mu yang kini entah berada dimana"

"Sepekan, dua pekan, kearah mana aku harus mengais jejakmu? Kearah mana agar aku bisa berlari memelukmu? Sastra, kearah mana jalan untuk kembali menemukanmu?"

Kepergian sastra memberikan luka yang mendalam bagi Sahara, keluarga Suyadi, dan teman temannya. Mungkin inilah suatu karma yang harus di tanggung karena dulu telah menyia-nyiakan sastra.





Penulis: Herawati

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke: 3 (Januari 2023)

ADERA HOME

"Pernah gasi kamu mikir kalau kelahiran kamu ini adalah bencana yang sangat besar? Bencana yang sangat mengerikan,paling mengerikan yang pernah yang pernah kamu alami?maksudku kamu adalah anak yang sangat ceria diantara teman-temanmu. Tapi siapa sangka jika kecerianmu selama ini ternyata palsu...

"Kiara... Jangan hanya melihat sisi kejam dunia,sekali-kali kamu harus melihat indahnya dunia ini kamu hanya terus melihat sisi gelap dunia. Padahal disisi lain dunia ini mempunyai sisi terang sangat terang,ingin aku beri tahu rahasia? Aku hanya seorang anak berusia 15 tahun,Kirana...sama sepertimu,orang tuaku selalu bertengkar belum lagi mereka hanya memikirkan anak sulung mereka...kakak ku,tetapi apa kau pernah melihatku menangis? Tidak Kirana aku tidak akan menangis,kecuali jika ada anggota keluargaku yang meninggal,aku akan menangis saat itu juga. Tapi tidak untuk sekarang aku tidak menangis karena aku selalu tinggal di sisi terang dunia kau tau maksudku bukan? Tinggalkan sisi gelap Kirana itu terlalu menyakitkan aku tahu itu"

Ini tentang dirinya,seorang laki-laki berwajah tampan mempunyai kulit putih,tinggi badan yang sempurna untuk seorang laki-laki umur 15 tahun.

Feivei Miftah Adera,memiliki seorang kakak perempuan yang hanya berbeda 6 tahun darinya,feivei...seorang anak yang selalu tidak dianggap anak oleh keluarganya,tidak tahu karena apa feivei bisa di panggil Miftah atau Adera. Dia seperti mempunyai 3 nyawa yang berbeda feivei,feivei anak yang cukup menyebalkan,sikap tengilnya mampu membuat orang-orang disekitarnya tertawa nyaman,feivei sosok yang menyenangkan untuk dijadikan tempat Cerita teman idaman semua orang Miftah. Miftah adalah sosok dirinya yang dirumah,seorang anak yang selalu di jadikan tempat pelampiasan seorang ayah jika pekerjaan ayahnya tidak sesuai sekpetasinya,hal yang sering Miftah katakan "Tidak apa-apa". Adera laki-laki itu terlalu baik hati untuk diperlakukan seperti itu,dunia memang kejam untuk anak laki-laki itu

Untuk kesekian kalinya Adera menerobos hujan yang cukup besar,tidak ada yang akan menjemputnya dari sekolah tidak aka pernah ada. Jarak dari rumahnya ke sekolah bisa di bilang cukup jauh,butuh waktu 1 Jam lebih jika dia berlari,tetapi hari ini dia terlalu lelah untuk berlari dia berjalan di derasnya hujan. Adera membiarkan air hujan menyentuh seruruh badannya,dinginnya air hujan membuat dia ingin berteriak dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika orang rumah melihatnya dengan keadaan seperti ini,baju seragam  di keluarkan dan basah ada luka di bagian pipi yang basah karena terkena air hujan,sungguh menyedihkan sekali hidup anak ini. Adera sudah pasrah apa yang akan ayahnya berikan untuk kali ini.

Kakinya melemas ketika dia melihat mobil sang ayah sudah ada di halaman rumahnya. Apa ini? Bukannya ini masih terlalu siang untuk ayahnya pulang bekerja? Oh maksudku ini masih jam 4 sore,kenapa ayahnya sudah pulan? Sungguh anak yang malang.

Baru saja dia membuka pintu rumah, ayahnya melemparkan kertas kertas yang sengaja dia sembunyikan dari ayahnya tepat ke mukanya, itu surat panggilan orang tua dari sekolahnya, dia sengaja tidak memberikan surat itu ke orangtuanya karena dia yakin, orangtuanya tetap tidak akan datang ke sekolah, jadi apa gunanya dia berikan kepada ayahnya?

"Apa lagi sih?" Untuk pertama kalinya Adera mengucapkan tiga kata itu di hadapan sang ayah, siapa yang akan menyangka jika seorang feivel miftah Adera akan mengucapkan tiga kata itu? 

Tanpa aba aba ayahnya menarik kerah baru Adera sampai dia berjinjit karena tinggi dia masih di bawah sang ayah

"Apa maksudnya semua ini? Kenapa banyak surat panggilan orang tua di kamar mu? Dan kenapa kau tidak memberikan nya kepada kami?" Satu pukulan mendarat sempurna di wajahnya

Adera tidak menjadi, dia tetap diam ketika ayahnya memukulnya

"Bicara anak sialan" kesabaran Adera sudah habis, dia bisa diam ketika ayahnya memukulnya sebanyak yang dia mau, tetapi tidak untuk sekarang, apa katanya? Anak sialan? Apa dia tidak mempunyai hati? Adera juga masih menjadi anak dia, kenapa dia sangat tega mengucapkan kata itu?

Tanpa aba aba Adera memukul wajah ayahnya sampai dia terjatuh, ini adalah yang pertama kalinya dia melakukan ini, adera sangat marah sampai dia tidak sengaja memukul wajah ayahnya, ayahnya bangkit dan kembali memukuli kaki maupun punggung Adera dengan sapu, kakak perempuannya datang dari arah depan, dia baru saja pulang dari kerja

"y-yah?" Katanya terkejut, saat melihat ayahnya sedang memukuli adiknya

"Lihatlah dia, dia sudah berani memukul orang tua, kami tidak pernah mengajarkan dia seperti itu!" Ucap ayahnya saat dia melihat kakak Adera tertangkap oleh matanya, menunjuk Adera yang sedang kesakitan

Saudarinya diam saja, dia hanya memandang Adera yang tergeletak tak berdaya dengan pandangan iba, antara ingin menolong atau tidak

"Emang kalian pernah mengajarkan aku apa? Apa yang telah kalian ajarkan kepadaku?" Adera tiba tiba berbicara

Ucapan Adera itu membuat ayahnya kembali marah

"Ayah harus beri dia pelajaran biar kelakuannya nggak keterusan!" Ucap sang ayah

"Ayah mau ap-" ucapan kakaknya terputus ketika dia melihat ayahnya mulai memukuli adiknya lagi

Hingga dimana Adera sudah benar benar tidak berdaya, ayahnya masih memukulnya, hingga adiknya mulai muntah darah, kemarahan kakaknya tidak bisa di tahan lagi

"Ayah!" Seru kakaknya, dia mendorong ayahnya jauh dari tumbuh adiknya

"Apa apaan kamu?!" Seru ayahnya

"AYAH GILA YA? DIA BISA MATI YAH!"

"BIAR SAJA DIA MATI SEKALIAN!"

"BAJINGAN!!"

Buakh

Sepertinya Tuhan masih mengasihi dan melindungi Adera saat itu, pamannya yang kemudian datang entah sejak kapan menerobos masuk kedalam rumah

Ayahnya tersungkur menabrak dinding saat mendapati Adera yang pingsan tidak berdaya oleh ayahnya sendiri

"Iblis sialan"


Penulis: Putri Regina

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke: 3 (Januari 2023)


PULANG KAMPUNG

"Guys Minggu depan gue mau pulang kampung nih mau ikut kagak?", Tanya
Haikal. "Lama kagak?, Kalo lama ga ah soalnya lumayan jauh", jawab Mahen. "Yaa
kagak lah, paling cuman dua Minggu, lagipula gue juga banyak kegiatan kan disini",
jelas Haikal. "Gua pengen sih tapi kalo yang lain gaa ikut ya gua juga ga ikut deh",
Reyhan bersuara. "Ehh btw lu pulkam ke Bandung kan? Yang ada jual seblak itu
kan?", Tanya Jaeman. "Yaiyalah gua pulkam ke Bandung yakali ke Ciamis", jawab
Haikal. "Ihhh gua pingin seblak, hayu ahh gaskeun kita ke Bandung" "Bang Jaem
ikut Cahyo juga ikut, lu ikut ga Cung?" "Hayu gua ikut", jawab Icung. "Lu pada mau ikut kagak?", Tanya Haikal pada Mahen, Jono, Reyhan. "Hayuuu", jawab mereka
bertiga secara bersamaan.
Setelah semua sepakat untuk ikut Haikal pulang kampung, semua mulai
mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa untuk tinggal di Bandung selama
kurang lebih dua Minggu. Mulai dari tiket, Paspor, sampai tumpukan-tumpukan koper
yang penuh dengan baju dan barang lainnya. H-3 keberangkatan mereka ber-7 pergi
ke Mall untuk membeli beberapa barang yang dirasa kurang.
"Ada yang ketinggalan ga?", Tanya Mahen pada adik-adik nya. "Kagak ada sih,
tapi coba cek tiket sama paspor masing-masing", ucap Reyhan sambil sesekali
memperhatikan adik-adiknya. "Beres", jawab semua sambil memberikan tanda oke
pada jarinya. Mereka ber-7 berangkat dari Incheon Internasional Airport pada pukul
09.00 KST atau pukul 07.00 WIB. Pesawat Korea-Indonesia terbang sekitar 7 jam,
artinya Dreamies--panggilan untuk mereka ber-7--akan tiba pada pukul 14.00 WIB di
bandara Soekarno-Hatta.
7 jam berlalu akhirnya Dreamies sampai di bandara Soekarno-Hatta tepat pada
pukul 14.00. Mereka langsung mengambil barang-barang dan koper mereka lalu
segera menuju mobil yang tadi sudah Haikal pesan melalui online. Kurang lebih 3
jam perjalanan menuju kota lahir Haikal yaitu Bandung. Sekitar pukul 17.30
Dreamies sudah sampai di rumah milik Haikal. Mereka langsung cepat-cepat
memasuki rumah itu dan berbenah untuk segera mandi dan makan malam. Malam
pun tiba dan mereka sudah mulai merasa lapar, karna tadi sore selama perjalanan
Jakarta-Bandung nb mereka hanya memakan camilan saja. "Mau makan apa malam
ini?", tanya Reyhan sambil mencari-cari resep di internet. "Kayak nya kita semua
sudah sangat cape hari ini, gimana kalo kita nge Go-food aja?", tanya Jono. "Oke",
jawab semua dengan singkat. "Gua mau ayam kecap", ujar Cahyo dan Icung.
"Reyhan mau rendang ya", seruu Reyhan sambil melihat-lihat menu yang ada. "Gua
mau seblak ahh Kal, jadi ngiler tadi Jaeman bilang seblak" "gua samain sama Jono
Kal" "Oke, Bang Mahen mau apa??", tanya Haikal pada Mahen. "Samain sama lu
aja Kal" "Oke, jadi gini ya pesanannya, Gua sama Bang Mahen ayam Krispy,
Reyhan rendang, Jono sama Jaeman seblak, Cahyo sama Icung ayam kecap, mau
ekstra nasi ga?", jelas Haikal. "Iyaa", jawab semua berbarengan.
30 menit mereka menunggu pesanan Go-food nya, akhirnya babang Go-food
pun sampai dan memberikan semua makanan nya. Mereka semua makan dengan
baik dan sambil sesekali berbagi cerita. Jaeman senang sekali karena seblak yang
ia idam-idamkan akhirnya berhasil dia rasakan dengan rasa yang memuaskan.
Setelah selesai makan, Dreamies berkumpul di ruang keluarga yang kebetulan
mereka juga ingin beristirahat di tempat itu. "Besok kita mau kemana?", tanya Icung.
"Tempat main yukk, Cahyo pengen jalan-jalan nih mumpung di Bandung" "Setuju,
banyak yang dm juga ke gua katanya kalo ke Bandung jangan lupa keliling-keliling
Bandung katanya soalnya view nya bagus-bagus", jelas Reyhan. "Boleh tuh, besok
gua tanyain sama Papa dulu tempat-tempat bagus di Bandung, ntar kita otw ke
sana" "Oke". "Udah malem, mending kita tidur aja dulu besok kita obrolin lagi,
soalnya hari ini juga cape kan", ujar Mahen pada adik-adiknya. "Oke Bang", jawab
mereka bersamaan.
Pukul 06.00 Dreamies sudah bangun dan bergegas untuk mandi. Hari ini
mereka memutuskan untuk pergi keliling-keliling kota Bandung, maka dari itu
mereka harus sarapan dulu. Karena semalam mereka belum memutuskan siapa
yang akan memasak hari ini, akhirnya mereka memutuskan nya dengan
batu-gunting-kertas. Dan yang terpilih untuk memasak adalah Cahyo Jaeman dan
Reyhan, sedangkan yang lainnya bertugas beres-beres selagi menunggu makanan
siap. 30 menit mereka bertiga memasak, akhirnya makanan pun siap dinikmati
bersama-sama. Jaeman memasak tteokbokki, Cahyo memasak Tomato Ramyeon,
dan Reyhan memasak Bulgogi, serta tidak lupa untuk menyajikan kimchi. Mereka
ber-7 makan dengan lahap. Setelah selesai makan, Jono dan Mahen bertugas untuk
membersihkan nya. Setelah semua selesai akhirnya Dreamies pergi berpetualang
untuk mengelilingi indah nya kota Bandung.
Mereka sesekali berhenti ketika melihat monumen-monumen yang berada di
depan gedung. Mereka turun lalu berfoto. Ketika sedang menepi, Dreamies melihat
ada mobil yang membawa banyak penumpang sambil berkeliling kota Bandung.
Yapp, benar itu adalah Bandros. Dreamies pun menaiki mobil bernama Bandros itu
Untung mengelilingi kota Bandung. Setelah lelah keliling-keliling kota, akhirnya
Dreamies memutuskan untuk mampir di sebuah cafe dan memesan beberapa
makanan dan minuman. Setelah kenyang, mereka pulang dan beristirahat di rumah.
Malam ini, Dreamies memutuskan untuk Mukbang Ramyeon dengan Bulgogi
dan kimchi, tidak lupa juga mereka sambil live Instagram. "Besok malam Minggu,
gimana kalo kita barbeque?", tanya Cahyo. "Boleh tuh, besok kita belanja
bahan-bahannya", jawab Haikal dengan penuh semangat. "Besok gue ikut ya
belanjanya, sekalian mau beli stok jajanan hehe" "Jangan lupa beli es krim juga Jon,
biar seger" "Ohh, di tambah Coca-Cola sama Sprite enak tuh" "Yaudah belanjanya
bareng-bareng aja gimana?", tanya Mahen. "Boleh tuh, nanti kita siapin buat
barbeque nya bareng-bareng juga, gimana", tanya Icung. "Oke, setuju", sahut
semua.
Pukul 09.00 AM WIB Dreamies pergi berbelanja bahan-bahan untuk barbeque
nanti malam di Supermarket. Mereka membeli sangat banyak makanan dan camilan
untuk persediaan makanan selama 3 hari. "Beli yang kalian mau oke, dan ingat,
jangan berpencar nanti susah nyarinya", ujar Mahen selagi mengawasi adik-adiknya.
"Oke, Bang", jawab Icung sambil sesekali berbelok ke arah camilan. "Gimana kalo
kita fokus dulu beli bahan-bahan barbeque nya bareng-bareng, nah nanti kalo udah
kelar baru bisa pencar buat ambil yang kita mau, gimana Bang Mahen?", Reyhan
membeli ide. "Nahh, boleh tuh, udah gitu aja Bang biar nanti puas belanja yang kita
mau nya", jawab Cahyo sambil melihat-lihat sosis dan daging yang ada dalam
kulkas. "Oke setuju". Dreamies kembali mencari bahan-bahan yang mereka
butuhkan. "Gua mau Asparagus, selada, daun perila, sama daun bawang ya", pinta
Jono. "Pengin kimchi sama Bulgogi ya, jangan lupa beli telur juga buat bikin soup
telur kimchi kesukaan gua", ujar Haikal. "Mau beli berapa banyak dagingnya?", tanya
Jaeman sambil memilih daging. "Semampunya kita makan aja lah ya jangan
kebanyakan banget, soalnya kalo kebanyakkan terus nanti ga ada yang makan kan
sayang malah ke buang, mubazir", jawab Reyhan. "Beli 10 aja gimana? Lagipula ini kan slice jadi kita bisa ngabisin nya" "Oke boleh" "Oh iya, jangan lupa beli tomat
sama lemon, buat gua bikin minuman besok, tapi tomat nya buat Cahyo aja buat
bikin Ramyeon", ujar Reyhan. Dreamies berbelanja dengan sangat riang, kebetulan
juga Dreamies memang menyukai kota Bandung yang sangat nyaman ini.
"Oke, semua udah beres, nah gimana kalo kita beli barang-barang yang kita
mau, kita berpencar tapi nanti balik lagi kesini, waktunya 30 menit cukup ga?" "Oke
cukup. Kalo bisa sambil beli es krim sama cola ya, takut nya pada lupa ntar kita ga
minum dong" "Beres Jon sama gua aja" "Oke, makasih Han". Mahen memberi waktu
untuk adik-adik nya belanja selama 30 menit. Setelah 30 menit berlalu, akhirnya
mereka kembali berkumpul di tempat yang tadi. Setelah dirasa semua cukup,
mereka pergi ke kasir untuk membayar belanjaan mereka. Setelah selesai
berbelanja, mereka tidak langsung pulang ke rumah, tapi mampir dulu di cafe untuk
membeli beberapa desert. Setelah selesai, Dreamies pulang dan langsung
membereskan belanjanya terutama krim yang langsung di amankan di dalam
freezer. Selama menunggu acara barbeque pukul 05.00 PM WIB nanti, Dreamies
membersihkan rumah agar tidak terlalu berantakan. Dan yang sebagian mulai
me-marinasi bahan-bahan dan mulai mempersiapkan. Makan siang mereka
memutuskan untuk memakan Ramyeon saja. Pukul 03.00 PM WIB, Reyhan pergi ke
dapur dan memasak nasi untuk nanti malam. Icung dan Cahyo memilih untuk
mencuci sayuran saja di dapur, menemani Reyhan yang sedang mencuci beras. "Ini
cuci semuanya Bang?", tanya Icung pada Reyhan. "Iya semua aja, nanti udah kelar
ini gua bantuin" "Oke". Setelah selesai memasak nasi, Reyhan membantu adik-adik
nya untuk membersihkan sayuran yang akan di makan nanti. Tidak lupa juga
Reyhan membersihkan alat makan yang tadi bekas makan siang.
Waktu sudah menunjukkan pukul 04.30 PM WIB. Semuanya sudah selesai
mandi dan bersih-bersih, sekarang waktunya untuk mempersiapkan untuk barbeque.
Jaeman memanggang daging dan yang lain merapikan meja makan. Tidak lupa
untuk menyediakan Coca-Cola dan Sprite juga dengan kimchi dan hot sause. Selagi
menunggu Jaeman memanggang daging, Reyhan dan Haikal asik bernyanyi juga
dengan di iringi musik. "Urii Beautiful time--all right--with you", Reyhan dan Haikal
bersenandung dan di ikuti Cahyo dan Icung. Jaeman dan Mahen duduk di kursi
sambil memperhatikan adik-adiknya yang sangat gembira. "Ga nyesel gua ikut si
Haikal ke Bandung, seruu ternyata ya", ujar Mahen sambil tersenyum bahagia. "Iya
bener, sayang nya kita cuman dua Minggu di sini, kalo aja sebulan ato ga setahun
kan lebih seru", Jono ikut menanggapi sambil tersenyum. "Makanan siap!! Ayo pada
di makan ke buru dingin" "lu juga makan Jaem, ntar gantian gua yang manggang"
"Oke Bang". Rasa ada yang kurang, Cahyo pergi ke dapur dan memasak soup telur
tomat dan memasukan sedikit kimchi agar rasanya lebih enak dan menyegarkan. 15
menit di dapur, akhirnya Cahyo selesai dan langsung membawa nya keluar untuk di
berikan pada abang-abang nya. "Nih mau ga, biar makin maknyuss", ujar Cahyo
seraya memberikan panci soup itu. "Enak nih, nagih bangettt", ucap Jaeman setelah
mencicipi soup nya. Bukan Dreamies namanya kalo makan tidak ada nasi, apalagi
Haikal yang asli orang Bandung, yang selalu harus ada nasi di setiap makan.
Reyhan mengambil nasi untuk semuanya. Dreamies makan dengan sangat senang dan tenang. Setelah selesai makan, semuanya membereskan bekas barbeque dan
merapikan semuanya kembali. Pukul 11.00 PM WIB Dreamies pergi tidur dan
bermimpi indah.
Sudah 10 hari Dreamies berada di Bandung, artinya tinggal 4 hari lagi Dreamies
di Bandung. Selama di Bandung, Jaeman sangat sering memakan seblak, karna dia
rasa di Korea tidak ada seblak jadi harus di puas puas kan dulu di Bandung. Sisa 4
hari lagi Dreamies di Bandung, hari ini mereka memutuskan untuk pergi ke toko-toko
yang menjual berbagai macam oleh-oleh khas Bandung. Mulai dari gantungan kunci,
topi, baju, bahkan ada juga tas-tas imut. Semuanya membeli banyak barang yang
imut-imut. Setelah selesai dari toko oleh-oleh, Dreamies pergi ke Gramedia untuk
membeli beberapa novel keluaran terbaru. Selesai berbelanja Dreamies pulang ke
rumah dan mulai mempersiapkan untuk makan malam, karena Dreamies pulang dari
berbelanja pukul 05.00 PM WIB. Selesai makan malam mereka memutuskan untuk
membuat dance challenge di tiktok agar follower nya semakin menambah. selesai
membuat dance challenge Dreamies pergi tidur.
Sisa 2 hari Dreamies berada di Bandung. Semua sudah Dreamies persiapkan
mulai dari koper yang berisi pakaian dan oleh-oleh yang mereka beli, kemudian juga
tiket dan Paspor sudah mereka siapkan agar tidak lupa. 2 hari terakhir Dreamies
ingin menghabiskan waktu untuk melihat pemandangan Bandung yang begitu
menyenangkan. Dreamies pergi ke Lembang untuk menikmati indahnya
pemandangan alam yang berada di dasar Gunung Tangkuban Parahu. Banyak
sekali view yang bagus di sana. Hari terakhir mereka di Bandung, mereka
menyempatkan untuk membereskan rumah dulu agar ketika nanti Haikal pulang
kampung ke Bandung lagi mereka tidak harus bersih-bersih terlalu banyak.
Hari ini adalah hari keberadaan Dreamies menuju Korea Selatan. Pesawat
take-off pukul 02.00 PM WIB, sekarang baru pukul 08.00 AM WIB, tapi Dreamies
memutuskan untuk pergi sekarang karena mereka ingin sedikit santai tidak ingin
terburu-buru. Perjalanan Bandung-Jakarta sekitar 3 jam jadi kemungkinan Dreamies
sampai di Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 11.00 AM WIB. Dreamies membeli
camilan rest area untuk di makan selagi menunggu pesawat. Pukul 02.00 PM WIB
Dreamies berangkat menuju Korea Selatan. Jaeman memposting foto di Instagram
nya.


"Goodbye Bandung, and see you", ucap Cahyo sambil melambaikan tangan nya
di jendela pesawat. "Gua bakal kangen bangett sama seblak nih pasti" "Caelah
Jaem lu seblak Mulu perasaan" "Tapi jujur Bang, Seblaknya endul tak kendul-kendul
ngunah" "Tuh kan, si Reyhan aja ketagihan" "Tenang, ntar nyampe dorm kita bikin
aja Seblaknya, gua udah minta resepnya ke pelayan resto yang jual seblak itu"
"Kapan lu minta? Perasaan gua ga liat lu minta apa-apa ke pelayan resto" "Apa sih
yang Cahyo ga bisa lakuin, wkwkwk" "Udah udah, mending kita tidur biar pas
nyampe ga ngantuk ngantuk amat", ucap Mahen. "Iyaa, Bang", jawab adik-adiknya.
Pukul 09.00 PM WIB atau pukul 11.00 PM KST Dreamies kembali ke dorm dan
beristirahat. Semua sangat senang setelah berlibur dua Minggu di Bandung.
Kenangan indah yang mereka dapatkan selama berlibur di Bandung, walaupun
sedih untuk meninggalkan Bandung, tapi mereka tidak bisa lama-lama di Bandung,
karena mereka juga sibuk dengan kegiatannya. Namun yang pasti, Dreamies
meyakinkan bahwa mereka akan pergi ke Bandung lagi walaupun entah kapan……..




Penulis: Putri Regina

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke: 3 (Januari 2023)



RUMAH






Penulis: Alaina Arif

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke: 3 (Januari 2023)

"Setetes Air Mata"


hujan malam sangat deras menerpa hidupku saja. 

air dimataku bercucuran di sela sela jendela.

aku rasa aku telah patah hati menepi hingga ke jiwa. 

hidupku seolah tidak bisa bahagia. 


rindu pergilah aku tak ingin ada rindu. 

meski rasanya sangat sesak di dada. 

namun dunia ku penuh dengan bayangamu. 

menghantuiku di setiap waktu. 


aku terdiam di sela angin berlewat kencang. 

aku terbukam, aku membisu, setetes air jatuh di pipiku. 

menatap hari yang semakin kacau. 

menangisi harapan yang sudah pudar. 


waktu terus mengiringi 

detak jantung menemani. 

aku terdiam di ruang sunyi 

hati tak lagi memilih menanti. 


sebab pemilikinya sudah lama pergi. 

yang menanti tidak pasti

yang tersungkur hampir mati

yang datang pun kembali pergi


Kian hari kian tersedu. 

Akibat cinta yang telah layu. 

Kemudian kudapati diri ini sedang merindu. 

Pada hati yang dulu bersama ku.



Penulis: Marlina Shintia

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke: 3 (Januari 2023)

Sejati Mimpi


Layaknya seorang manusia

Yang selalu hidup berdampingan

Tak kenal usia

Hingga akhirnya hayat yang mengakhiri semuanya

Namun

Ada seseorang yang selalu menunggu

Ada pula seseorang yang selalu berkhayal

Tetapi jangan kamu menunggu

Ketika semuanya tidak datang

Hanyalah rasa kecewa

Yang datang memimpin perasaan

Dan jangan pula kamu berkhayal

Karena sejuta khayalan itu hanyalah

Sebuah harapan yang tak bertepi

Yang mengatasnamakan cinta



Penulis: Nadin Nur Haliza

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke: 3 (Januari 2023)



Terima Kasih, Ibu








Penulis: Marlina

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke-: 4 (Februari 2023)

Rumah

 

Apa sebenarnya rumah itu?

Banyak kali orang menempati rumah mereka

Yang menurut mereka tempat ternyaman

Yang memiliki rasa ketenangan

Setelah mereka menghadapi dunia mereka yang kelam

 

Namun, apakah rumah itu berbentuk ruangan?

Rumah seperti apa yang sebenarnya mereka tempati?

 Mengapa mereka sangat membutuhkan rumah itu?

 

Rumah yang jadi sandaran untuk mereka

Rumah yang selalu ada ketika mereka rapuh

Rumah yang selalu menemani

Ketika mereka sedang dihadang ombak besar

 

Tetapi

Mengapa mereka bisa mendapatkan rumah itu?

Mengapa rumah saya begitu sulit untuk didapatkan?

Sejauh bumantara diatas sana

Yang sulit untuk digapai



Penulis: Herawati

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke-: 4 (Februari 2023)


Tacenda


"Bunda bilang aku ini orang kaya, sampai jantung ku saja di pakaikan cincin" -Huang Renjun

"Mama bilang hidup ku begitu bersih, sampai darahku saja harus di cuci" -Lee Jeno

"Ibu ku bilang aku ini seperti raja, perlu di jaga ketat, jangan terjatuh apalagi terluka" -Na Jaemin

Renjun, Jeno dan Jaemin

Tiga insan yang mempertahankan hidup ketika dokter berkata lain

Persahabatan yang di bangun 5 tahun silam di sebuah rumah sakit terkenal di Korea Selatan. Ketiga nya dekat dengan semangat yang saling menguar, berusaha hidup, berusaha sembuh

Karena ketiga nya percaya, tuhan tidak pernah tidur untuk mendengar permintaan mereka

"Kamu masih punya banyak kesempatan untuk hidup, tolong jangan sia-siakan itu."

Jaehyun mengatur defibrillator sampai ke angka 250 joule, lalu ia arahkan benda tersebut ke dada Renjun yang telanjang dada

"Shoot!" 

Tidak ada pengaruh pada detak jantung Renjun, "satu kali lagi, shoot!"

Masih tidak ada yang berubah

"Renjun ku mohon, diluar sana mereka menunggumu, kau harus kuat." Jaehyun menintikan air mata sebelum meninggikan Joule pada defibrillatornya

"360 Joule, shoot!"

Tit...tit...tit

Mesin EKG menunjukan pegerakan jantung Renjun yang mulai stabil meskipun lemah

Jaehyun mengecup dahi Renjun

"Terimakasih telah bersedia untuk bertahan..."

"Pakaian infus dan oxygen mask lalu siapkan ruang ICU, kondisinya masih kritis" titah jaehyun kepada beberapa perawat

"Baik dok"

                           

                                        ----------


"Jeno ayo...waktunya cuci darah, sebentar lagi bagian mu"

Pemuda tampan yang bernama Jeno menggeleng

"Aku menunggu Renjun dulu"

Pria baruh baya menghampiri Jeno dan pemuda yang sedang menangis di sebelah nya

Pria paruh baya itu menepuk bahu lebar Jeno "pergilah, Renjun tidak apa apa"

Alis jaemin- pemuda yang bersama Jeno berkerut

"Tidak apa apa? Paman bilang Renjun tidak apa apa?! Paman, aku melihat Renjun yang sedang sekarat di depan mataku sendiri! Dan sekarang paman bilang Renjun tidak apa apa?" Jaemin berteriak

"Nana..." Sang ibu mengengam tangan putra nya yang mengepal

"Renjun sudah terbiasa sepeti ini" lirih pria paruh baya dengan sorot sedih

"Tapi Renjun itu kuar-" seseorang menghampiri dan menepuk bahu Jeno, "jadi, sekarang ayo cuci darah, percayalah bahwa Renjun baik baik saja"

"Tapi kak-"

"Jeno, jika Renjun tau kau menolak cuci darah karna dirinya, dia akan merasa bersalah"

Jeno hanya menurut setelah mendengarkan ucapan ibu Renjun. Sang ibu mendorong kursi roda yang Jeno kenakan menuju ruang cuci darah

"Na, badanmu hangat" ucap sang ibu ketika kulitnya bersentuhan dengan kulit putranya

Jaemin memiliki imun yang sedikit buruk, ia mudah sekali terserah virus dan bakteri yang berterbangan di sekitarnya

"Aku tidak apa apa" lirihnya sambil memandangi pintu IGD yang tidak mau terbuka

Ibunya mengelus kepala jaemin, "jangan terlalu lelah" 

"Aku tidak apa apa mama"


                                        ----------


"Aku kan sudah berapa kali bilang, jangan terlalu lelah Na Jaemin" omel dokter yang bername tag Kim Doyoung, Dokter yang sedikit mirip kelinci itu terus mengomel

"Kak, berisik, kepalaku pusing"

Jaemin menutup mata nya, rasa pusing membuat dunianya seperti berputar

"Bibi! Lihat anak ini" adu Doyoung kesal

"Biarkan saja, ayo cepat periksa!"

"Kenapa jadi aku yang di marahin bi?"

Seorang suster masuk ke dalam ruangan mereka

"Maaf dokter, tapi anda tidak boleh berisik"

Doyoung tersenyum kikuk, sedikit malu "o-oh iya maaf" suster itu membungkuk hormat dan pamit keluar

"Rasakan" celutuk jaemin yang langsung mendapat tatapan tajam dari Doyoung

"Kau" dokter itu tidak bisa berkata kata lagi menghadapi anak ini "kak cepat, aku ingin melihat Renjun"

Akhirnya Doyoung memeriksa jaemin Hinga tuntas meskipun dengan wajah bertekuk kesal

"Aku tidak mau dirawat!"

"Harus! Satu hati saja"

"Satu hari saja percuma, lebih baik tidak usah" Doyoung memijat pelipisnya, sampai kapanpun ia tidak akan pernah menang jika berdebat dengan anak ini

"Yasudah! Tapi janji harus istirahat, jangan dulu berkeliaran, bibi aku titip anak nakal ini ya" Tiffany- ibu jaemin mengangguk

"Jangan menunggu Jeno, jangan dulu menjenguk Renjun, langsung pulang dan istirahat!" Alis jaemin mengangkat "mana bisa begitu?!" 

"Harus bisa! Kau menolak untuk di rawat, kali ini saja jangan membantah ucapan ku"

"Ta-" Tiffany mengelus bahu putranya, "Na, kau perlu istirahat, bukankah kau sempat mengatakan bahwa dirimu lebih kuat dari dua sahabatmu? Mereka sedang sakit, kau jangan ikut sakit" 

Jaemin berpikir sejenak, dan, "okey" hari ini aku akan beristirahat di rumah" Doyoung mengelus acak Surai berwarna hitam itu "Good boy"



Penulis: Putri Regina

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke-: 4 (Februari 2023)


WAKTU


Setiap hari kau mengikutiku

Dari terbit sampai tenggelamnya matahari

Kau selalu mengiringiku

Tiada henti kau bersamaku


Kau pengingat kami untuk beristirahat

Kau pengingat kami untuk beraktivitas

Kau membuat kami menjadi disiplin

Kau membuat kami untuk selalu mengingatmu


Kau membawa kami berotasi

Selalu mengajarkan kami menghargai waktu

Kau membuat kami menghargaimu

Kau selalu membawa kami untuk memahami waktu yang sangat berharga


Kau lah waktu….

Sesuatu yang berharga

Yang selalu hadir

Terima kasih sudah membuat kami sadar

Sadar akan keberhargaan dirimu


Terima kasih waktu….

Tanpa kehadiranmu

Mungkin kami tidak akan tahu

Betapa berharganya dirimu

Betapa mudahnya kami bersamamu

Tetaplah menjadi yang paling berharga sampai kapan pun



Penulis: Nadin Nur Haliza

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke-: 4 (Februari 2023)






Penulis: Alaina Arif

Pembimbing: Tuti Sugilestari, S.Pd

Bulan ke-: 4 (Februari 2023)






















Untukmu Aku Ada

kamu jangan pernah takut sendiri
aku akan selalu menjadi pilarmu yang kuat
siap mendengarkan apapun yang kau ceritakan
selalu ada kapanpun kau butuhkan

ketika kamu lelah dan tak sanggup melangkah
aku akan selalu menjadi sumber kekuatanmu
aku akan mengingatkan betapa besar potensimu
dan mengingatkanmu betapa berharga dirimu di dunia

jika kamu merasa sedih
aku siap mendengarkan curhatanmu dengan penuh perhatian
aku akan memahami rasa sakitmu
dan bersama-sama kita mencari cara untuk melewatinya

ketika kamu merasa kesepian
ingatlah bahwa aku selalu berada di sampingmu
akan menjadi temanmu yang paling setia
dan selalu menjadi pendampingmu yang selalu menghargaimu apa adanya

meskipun jarak memisahkan kita
aku akan selalu ada di sana untukmu
aku akan menjadi cahaya di kegelapan
dan penyejuk di saat kau kesulitan




Tempat ternyaman

Tempat ternyaman
pundakmu kuat ya?
tapi masih adakah untuk aku bersandar
rasanya dunia jahat sekali
rasanya aku lelah sekali

adakah kesempatan untuk aku merasa bahagia?
di pundakmu aku merasa tenang dan aman
ternyata ketika aku merasakan pundakmu
pundakmu benar-benar kuat dan hangat

tenang yang aku rasakan ketika berada di pundakmu
curahan hati yang kuceritakan padamu
membuat aku tenang dan lega
apakah kamu senang di sampingku?

sekali saja aku memohon
sisakanlah sisi pundakmu untukku saja
karena dengan itu
aku merasa memiliki tempat untuk kembali

terima kasih telah menjadi pundak yang selalu ada
jadilah kita akan selalu bersama
jadilah selalu sumber kekuatanku
bersama-sama lah kita dalam keadaan sulit sekalipun


















NEXT DOOR


Sebuah mobil hitam berhenti di derasnya hujan malam itu, 4 pemuda keluar dari mobil menggunakan pakaian hitam hitam dari atas sampe bawah membawa koper dan tas hitam, mereka berjalan mengendap-endap melewati rumah uang mereka lewati

Hening beberapa saat, sampai mereka melihat seorang gadis di depan mereka, sadar akan seseorang di belakang nya, gadis itu melirik ke belakang melihat ada 4 pemuda membawa koper, gadis itu mempercepat langkahnya dan kembali melihat ke belakang, melihat gadis itu mempercepat langkahnya, ke 4 pemuda itupun mempercepat langkahnya

"Siapa mereka? Mereka mengikutiku?" Tanya gadis itu dalam hatinya
Gadis itu terus melanjutkan langkahnya
"Ini akan menyebar ke internet besok" ucap Chanyeol-salah satu dari pemuda itu tiba tiba berbicara
"Apa?" Yeon hee- gadis itu berbicara di dalam hati
"Diam saja, kau ingin ada yang mendengar?" Ucap D.O- salah satu dari pemuda itu
"Ah kita harus mengurusnya" Sehun-pemuda itu berbicara
"Siapa mereka?" Yeon hee berbicara pelan
"Mengapa metilda begitu berat?" Ucap Baekhyun-pemuda terakhir dengan nada kesal

Yeonhee berhenti melangkah ketika dia mendengar kata Meltida dari salah satu dari mereka berbicara
"M-metilda?" Yeonhee mengucapkan itu dengan berbata, Yeonhee tiba tiba teringat dengan gadis bernama metilda yang menjadi korban pembunuhan

Ketika Yeonhee ingin berlari, dia tidak sengaja menginjak kulit pisang di hadapannya dan terjatuh

Chanyeol, Baekhyun, Sehun, D.O saling memandang dan menghampiri gabus itu (Yeonhee)
Yeonhee yang masih menutup matanya berbicara di dalam hati "kumohon jangan kesini, mereka akan membunuhku, ini bukan hari terakhirku keluar rumah, ini hari terakhir ku di bumi!" Ucap Yeonhee di dalam hati
Yeonhee membuka matanya ketika ada suara yang memasuki telinganya "Hei!"

Posting Komentar

0 Komentar