Tulisan Guru (Dewi Fatimah, S.Pd)

 

Penulis: Dewi Fatimah, S.Pd

Bulan ke-: 1 (Oktober 2022)


Rumah

Setiap langkah yang kuambil

Hanyalah kesalahan baru dimatamu

Kembali dipatahkan oleh kata-kata

Yang menusuk batin

 

Pantaskah ini kusebut rumah

Jika penuh tekanan

Bukan belaian

 

Pantaskah ini menjadi tempat kembali

Jika penuh tragedi

Trauma membekas dalam hati

 

Ini ragaku….

Tak terlihatkah olehmu ?

Menempati atap yang sama

Tak membuat kita saling menyapa

 

Ini jiwaku….

Yang semakin hampa dan mengering

Tak tersentuh bulir-bulir kasihmua

 

Bagaimana aku bisa mengalahkan dunia

Jika tatapanmu mengerdilkanku

Seperti debu yang tak berarti

 

Inikah RUMAH?

Karena disini terasa begitu sesak

Dibandingkan beratnya dunia di luar sana






DEWI FATIMAH, S.Pd

Puisi : Terombang-ambing

Tulisan Bulan November 2022

 

Terombang-ambing

Pelik memang

Letih juga

Bahkan terlalu rumit

Bukan hati bermaksud mengeluh, Tuhan

Tapi ini begitu bertubi-tubi

Tak bisakah sedetik saja ujian ini diangkat

Agar lepas sejenak

 

Jangan jadikan hati ini batu

Yang bila ditempa terus-menerus

Akan hancur berkeping-keping

Tapi jadikanhati ini intan berlian

Semakin diasah maka semakin ia berkilau

 

Jangan biarkan hati ini hanyut

Diombang-ambing kepelikan

Tapi berilah ia dayung dan layar

Agar mampu mengalahkan badai

 

Sabar ini tidak mudah

Sabar ini penuh air mata

Sabar ini menelan segala kepahitan

Kesepian sendiri dan menangis tersedu

Menunggu jawaban dari-Mu, Tuhan




DEWI FATIMAH, S.Pd

Puisi : Terombang-ambing

Tulisan Bulan Januari 2023


MANUSIA


Hembusan angin menyapu masa lalu

Melinangi hati dengan kelebatan sendu


Manusia seperti apa aku?

Baikkah?? 

Atau penuh cela??


Ku hanya manusia

Ditengah kerubungan orang yang hidup

Yang sedang mencari cinta

Dan akhirnya akan lenyap terlupakan


Manusia berubah bukan??

Aku pun begitu

Menjalani hari-hari biasa


Tak ada yang abadi

Semua terjadi sekedarnya

Kenapa menuntut sempurna?

Atau aku yang dituntut sempurna?


Jika melirik masa lalu, berkacalah

Jika kau terluka, bertahanlah

Suatu saat kita pun akan kembali terluka, kecewa, dan menangis

Namun bertahanlah karena itu hanya sementara





DEWI FATIMAH, S.Pd

Tulisan Bulan Februari 2023

CHILD FREE 

Childfree menjadi topik yang hangat diperbincangkan di media sosial akhir-akhir ini. Di Indonesia topik ini pasti akan menjadi kontroversi karena sebagian besar masyarakatnya yang masih kontroversial. 

Childfree adalah keputusan pasangan untuk tidak memiliki anak dalam kehidupan mereka dengan berbagai alasan yang berbeda. Beberapa pasangan memilih childfree antara lain karena faktor kesibukan dalam pekerjaan yang menyita waktu atau karena faktor pengaruh kehidupan masa kecil yang menimbulkan traumatis. Ada pula yang merasa tidak mampu atau tidak cocok untuk membesarkan anak. 

Isu childfree bergulir bak bola panas setelah tak sengaja diangkat oleh seorang wanita Indonesia yang saat ini menetap di Jerman, Gita Savitri. Cuitannya banyak mendapat komentar dengan berbagai nada, baik yang sumbang maupun yang masih mencoba untuk netral. Isu ini sebenarnya bukanlah hal baru di Indonesia. Bahkan telah memiliki komunitas yang bernama Childfree Life Indonesia. 

Sebelum ikut berkomentar, patutnya kita lihat dulu hal apa yang melatarbelakangi perempuan tersebut memutuskan untuk memilih childfree dalam kehidupan berkeluarganya. Kita tidak pernah tahu apa yang sudah dilalui oleh perempuan tersebut hingga sampai pada keputusan untuk memilih tidak memiliki anak. Masa lalu yang dia lewati atau lingkungan tempat dia dibesarkan tentu saja memberikan pengaruh besar pada pola pikirnya. 

Bagi perempuan lain yang hanya melihat sekilas dan membaca satu kalimat yang ia katakan tidak akan bisa mengenal secara mendalam tentang isi hati perempuan itu. Tidak sepantasnya sesama perempuan menilai bahkan memberikan komentar yang kejam. 

Jangan pula mengatakan bahwa dia tidak akan merasakan kebahagiaan menjadi seorang ibu ketika ada kehidupan didalam perutnya atau ketika mendengar tertawa renyah anak-anak kecil yang menyambut saat pulang. Bagaimana mungkin Anda bisa berasumsi bahwa hidup mereka tidak berharga jika tidak memiliki anak? 

Standar kebahagiaan setiap orang berbeda. Bagi pasangan yang telah menikah kehadiran seorang anak akan menjadi pelengkap. Namun dengan memiliki anak belum tentu setiap hari dipenuhi kebahagiaan. Bagi yang tidak menikah atau memutuskan tidak memiliki anak, belum tentu ia tidak memiliki beban dan tanggung jawab. 

Jadilah manusia yang berpikir dari dua sisi serta berusaha untuk saling menghormati keputusan yang telah dibuat seseorang. 

Pasangan yang memilih childfree bukan berarti tidak memiliki insting maternal. Hal ini merupakan hak personal yang dapat dipilih untuk menentukan keputusan terbaik bagi dirinya sendiri dan juga bagi anak yang akan ia besarkan. Karena memiliki seorang anak berarti memilih untuk bertanggung jawab terhadap nyawa seorang manusia baik di dunia dan di akhirat. Serta menentukan juga kelanjutan generasi suatu bangsa. 



DEWI FATIMAH, S.Pd

Tulisan Bulan Maret 2023

Posting Komentar

0 Komentar